Kepala Ekonom Pasar Berkembang di CE William Jackson menambahkan, hal ini akan menjadikan ekonomi Saudi menjadi salah satu dari sedikit di dunia, dengan PDB akan berada di atas tren pra-pandemi selama periode perkiraan.
Perusahaan memperkirakan produksi minyak yang lebih tinggi, bersama dengan kebijakan fiskal yang kurang kontraktif, akan mendorong pemulihan ekonomi tahun depan.
"Inflasi Saudi juga diproyeksikan sedikit lebih tinggi menuju satu persen pada akhir tahun ini dan kuartal pertama 2022," kata dia, dilansir Arab News, Rabu, 20 Oktober 2021.
Setelah periode tersebut, kenaikan harga konsumen diperkirakan berada pada kisaran 1-1,5 persen. Namun, itu bisa turun ke level yang lebih rendah jika tarif PPN turun. Laporan baru juga menawarkan pandangan untuk seluruh wilayah. Pemulihan ekonomi negara-negara Teluk secara keseluruhan diperkirakan mendapatkan momentum karena tingkat vaksinasi yang kuat dan produksi minyak yang lebih tinggi.
Di UEA, peningkatan produksi minyak dan World Expo diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Meskipun ekspansi dalam kegiatan ekonomi didorong oleh peningkatan produksi gas, rebound Qatar terbukti lebih lemah daripada negara-negara GCC lainnya karena risiko di sektor non-minyak.
Sementara itu, Oman dan Bahrain dapat menghadapi kemunduran dalam pemulihan mereka karena mereka bergulat dengan kebijakan fiskal kontraktif dan utang publik yang meningkat.
Selain itu, pemulihan Mesir dapat meningkat di kuartal berikutnya karena ekonomi dibuka kembali. Namun, kampanye vaksinasi yang lemah dan kebijakan fiskal yang ketat dapat menghambat tren ini. Perusahaan mengharapkan ekonomi negara itu tumbuh masing-masing sebesar 4,8 persen dan 5,8 persen pada 2020 dan 2021.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id