Melansir Fox News Channel, Rabu, 17 April 2023, Bank Dunia menyatakan selama lima tahun terakhir terjadi perbedaan antara pertumbuhan pendapatan per kapita di negara-negara termiskin dan terkaya yang melebar.
"Untuk pertama kalinya, kami melihat tidak ada konvergensi. Mereka semakin miskin. Kami melihat regresi struktural yang sangat serius, sebuah pembalikan di dunia, itulah mengapa kami membunyikan lonceng peringatan di sini," tutur Wakil Kepala Ekonom Bank Dunia, Ayhan Kose.
Laporan tersebut diumumkan pada Senin, 15 April 2024 yang menyatakan 75 negara telah memenuhi syarat untuk mendapatkan hibah dan pinjaman bunga dari International Development Association (IDA).
Kose mengucapkan, sebelum pandemi covid-19 pertumbuhan di banyak negara IDA juga sudah menurun yang hanya akan mencapai 3,4 persen di 2020-2024.
Baca juga: Waspada! Pemulihan Ekonomi Negara-Negara Berkembang Eropa dan Asia Tengah Melambat |
Invasi Rusia ke Ukraina, perubahan iklim, peningkatan kekerasan, dan konflik menjadi beban untuk prospek negara-negara itu.
Sebanyak 31 negara mempunyai pendapatan per kapita kurang dari USD1.315 per tahun, negara tersebut termasuk Republik Demokratik Kongo, Afganistan, serta Haiti. Satu dari tiga negara IDA lebih miskin saat ini daripada sebelum pandemi.
Terdapat 92 persen penduduk dunia di negara IDA tidak mempunyai akses makanan bergizi. Setengah dari negara tersebut memiliki tekanan utang yang berarti tidak mampu membayar utangnya.
Peringatan bagi Tiongkok
Wakil Menteri Keuangan AS, Jay Shambaugh turut prihatin atas situasi buruk ini sekaligus memperingatkan Tiongkok dan kreditur resminya untuk tidak melakukan free riding dengan membatasi pinjaman kepada negara-negara berpenghasilan rendah saat bank-bank pembangunan multilateral memberikan dana.Jay memaparkan, pada 2022 hampir 40 negara mengalami arus keluar utang publik eksternal yang memungkinkan akan memperburuknya di 2023.
Kose meminta kebijakan-kebijakan ambisius dilakukan supaya mempercepat investasi, termasuk upaya-upaya domestik untuk memperkuat kebijakan fiskal, moneter, dan keuangan. Selain itu, lakukan reformasi struktural untuk meningkatkan pendidikan dan pendapatan domestik.
Kose juga menjelaskan pentingnya mendapatkan dukungan keuangan yang signifikan dari komunitas global untuk membuat kemajuan dan mengurangi risiko stagnasi berlarut-larut. Bank Dunia sangat berharap bisa mendorong penambahan dana IDA pada Desember.
Kose menambahkan koordinasi internasional yang lebih kuat tentang perubahan iklim, restrukturisasi utang, dan langkah-langkah mendukung perdagangan lintas batas juga sangatlah penting.
Kepala Ekonom Bank Dunia, Indermit Gill mencatat saat ini Tiongkok, India, dan Korea Selatan menjadi kekuatan ekonomi utama, padahal sebelumnya merupakan negara termiskin di dunia. Namun, negara tersebut bisa mengatasi kemiskinan ekstrim dan meningkatkan standar hidup.
"Dunia tidak bisa berpaling dari negara-negara IDA," kata Kose. (Indy Tazkia Aulia)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News