Ilustrasi. FOTO: AFP
Ilustrasi. FOTO: AFP

Suku Bunga Mulai Naik, Bank Dunia: Banyak Negara Hadapi Rekor Tingkat Utang

Angga Bratadharma • 13 Januari 2022 12:02
Washington: Presiden Bank Dunia David Malpass berpandangan banyak negara-negara di dunia menghadapi rekor tingkat utang saat beberapa bank sentral menaikkan suku bunga. Karenanya, Bank Dunia mendesak Tiongkok, kreditur utama negara-negara miskin, untuk berpartisipasi penuh dalam upaya pengurangan utang.
 
"Banyak negara sekarang menghadapi rekor tingkat utang luar negeri dan domestik saat kenaikan suku bunga dimulai," kata Malpass, dilansir dari Channel News Asia, Kamis, 13 Januari 2022.
 
Menurutnya sekitar 60 persen negara berpenghasilan rendah berisiko tinggi mengalami kesulitan utang, sementara pasar negara berkembang juga sedang berjuang. Pada 2022 saja, tambahnya, negara tersebut harus membayar sekitar USD35 miliar dalam bentuk pembayaran utang kepada kreditur bilateral dan sektor swasta resmi mereka.

"Dengan lebih dari 40 persennya jatuh tempo ke Tiongkok. Sangat penting bahwa Tiongkok berpartisipasi penuh dalam upaya pengurangan utang internasional," kata Malpass.
 
Ia menambahkan sektor swasta dan kreditur komersial harus juga ambil bagian. Malpass menyerukan percepatan penerapan kerangka bersama untuk restrukturisasi utang, yang disepakati oleh kelompok negara G20, termasuk Tiongkok, pada November 2020.
 
Kerangka umum memberikan keringanan utang atau bahkan pembatalan kepada negara-negara yang memintanya, dan menggantikan Inisiatif Penangguhan Layanan Utang, yang dibuat G20 pada awal pandemi covid-19 untuk memberi negara-negara miskin moratorium pembayaran layanan utang hingga akhir 2020 -meskipun mereka memperpanjangnya hingga tahun lalu.
 
Di sisi lain, Grup Bank Dunia dalam Prospek Ekonomi Global terbarunya yang dirilis mengungkapkan ekonomi global berada di jalur untuk tumbuh dengan direvisi turun menjadi 4,1 persen pada tahun ini. Kondisi itu di tengah gelombang baru pandemi covid-19, meningkatnya inflasi, dan berlanjutnya kemacetan rantai pasokan.
 
Prospek global dibayangi oleh berbagai risiko penurunan, termasuk wabah covid-19 yang diperbarui karena varian virus baru, kemungkinan ekspektasi inflasi yang tidak terkendali dan tekanan keuangan dalam konteks tingkat utang yang mencapai rekor tertinggi, menurut laporan setengah tahunan itu
 
Setelah bangkit kembali ke sekitar 5,5 persen pada 2021, pertumbuhan global diperkirakan melambat tajam menjadi 4,1 persen pada 2022, laporan tersebut mencatat. Proyeksi terbaru untuk 2021 dan 2022 masing-masing 0,2 poin lebih rendah dari perkiraan Juni.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan