Melansir Yahoo Finance, Jmat, 13 Juni 2025, dalam sehari, saham raksasa kedirgantaraan asal Amerika Serikat itu jatuh lebih dari 4 persen, menyusul kabar bahwa pesawat yang terlibat adalah Boeing 787-8 Dreamliner.
Menurut FlightRadar24, pesawat yang jatuh tersebut dikirim ke Air India pada 2014 dan sedang dalam perjalanan menuju Bandara Gatwick, London, sebelum jatuh tak lama setelah lepas landas dari Bandara Ahmedabad.
Kecelakaan pertama dreamliner sejak 2011
Insiden ini tercatat sebagai kecelakaan fatal pertama yang melibatkan Boeing 787 Dreamliner sejak diperkenalkan pada 2011.Tragedi ini menjadi pukulan telak, terutama setelah Boeing perlahan bangkit dari berbagai masalah keselamatan dan produksi dalam beberapa tahun terakhir.
“Belasungkawa terdalam kami sampaikan kepada orang-orang terkasih dari para penumpang dan kru pesawat Air India Penerbangan 171, serta semua orang yang terkena dampak di Ahmedabad,” ujar Presiden dan CEO Boeing, Kelly Ortberg.
Baca juga: Pesawat Air India Jatuh dan Meledak, 241 Penumpang Tewas, 1 Selamat |
Saham anjlok, kepercayaan investor kembali diuji
Pasca tragedi, saham Boeing langsung terjun 4 persen, sementara saham-saham pemasok utama seperti GE Aerospace dan Spirit AeroSystems ikut turun lebih dari 2 persen.Padahal, saham Boeing sempat menguat 20 persen sejak awal 2025, berkat perputaran bisnis yang menjanjikan usai masa suram 2024.
Namun, insiden ini langsung mengingatkan pasar pada masa-masa kelam Boeing:
Tahun 2024, saham Boeing terpukul akibat insiden “sumbat pintu” di pesawat Alaska Airlines, yang memicu gelombang gugatan hukum dan perombakan manajemen.
Tahun 2019, dunia dirundung duka setelah dua kecelakaan fatal 737 Max (Ethiopian Airlines dan Lion Air), yang akhirnya membuat Boeing dilarang terbang selama 20 bulan.
Meski ada kekhawatiran terhadap pengawasan ketat regulator dan potensi penundaan pengiriman pesawat, analis tetap memandang bahwa Boeing masih memiliki prospek jangka panjang yang kuat.
“Meskipun penundaan pengiriman mungkin saja terjadi, Boeing mempertahankan buku pesanan yang kuat. Kami pikir pembatalan pesanan yang signifikan tidak mungkin terjadi mengingat waktu tunggu yang lama di pesaing utama Boeing,” tulis Jeff Windau, analis industri senior di Edward Jones.
Lembaga tersebut memberikan peringkat "Hold" untuk saham Boeing, menandakan investor disarankan untuk tidak menjual namun juga belum tentu membeli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News