Mengutip Yahoo Finance, Sabtu, 15 Juni 2024, minyak mentah berjangka Brent turun 13 sen menjadi USD82,62 per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 17 sen menjadi USD78,54 per barel.
Brent dan patokan AS naik hampir empat persen selama seminggu ini, kenaikan mingguan tertinggi dalam persentase sejak April. Kedua benchmark tersebut tergelincir setelah survei menunjukkan sentimen konsumen AS melemah pada Juni ke level terendah dalam tujuh bulan.
Sementara itu, Badan Informasi Energi AS (EIA) sedikit menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak untuk 2024, dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tetap berpegang pada perkiraan pertumbuhan yang relatif kuat sebesar 2,2 juta barel per hari (bph).
Di sisi lain, Badan Energi Internasional (IEA) memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan menjadi di bawah satu juta barel per hari. Namun, ketiga peramal memperkirakan defisit pasokan setidaknya sampai awal musim dingin, analis Commerzbank menyoroti.
Juga pada minggu ini, Federal Reserve AS mempertahankan suku bunganya, dan investor yakin penurunan suku bunga tidak mungkin terjadi sebelum Desember.
"Mengingat prospek ekonomi yang masih tidak menentu di kawasan ekonomi utama, kenaikan harga lebih lanjut diperkirakan tidak akan terjadi untuk saat ini," kata analis Commerzbank Barbara Lambrecht.
Baca juga: Harga Minyak Tergelincir di Tengah Kekhawatiran Pertumbuhan AS |
Jumlah rig minyak AS turun
Jumlah rig minyak aktif AS, yang merupakan indikator awal produksi di masa depan, turun empat menjadi 488 pada minggu ini ke level terendah sejak Januari 2022, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes.
Di tempat lain, Rusia berjanji untuk memenuhi kewajiban produksinya berdasarkan pakta OPEC+ setelah mengatakan pihaknya melebihi kuota pada Mei lalu.
Harga minyak merosot pekan lalu setelah OPEC dan sekutunya mengatakan mereka akan menghentikan pengurangan produksi secara bertahap mulai bulan Oktober.
"Tidak peduli berapa kali mereka berjanji untuk memperbaiki kepatuhan yang buruk di masa depan, pasar hanya melihat lebih banyak minyak dan kesepakatan yang mungkin saja gagal," kata analis PVM John Evans.
Fokus pasar juga tertuju pada perundingan gencatan senjata di Gaza, yang dapat mengurangi kekhawatiran mengenai potensi gangguan terhadap pasokan minyak dari wilayah tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News