Ilustrasi IMF. Foto: Flickr
Ilustrasi IMF. Foto: Flickr

IMF Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Global Naik ke 3,1%

Antara • 31 Januari 2024 09:47
Jakarta: International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,1 persen pada 2024. Proyeksi ini naik 0,2 poin persentase dari prediksi sebelumnya yang tercatat dalam WEO Oktober 2023.
 
Hal itu tercantum dalam Laporan World Economic Outlook (WEO) Januari 2024. Sementara untuk 2025, IMF memperkirakan ekonomi dunia bertumbuh 3,2 persen.
 
"Kami memperkirakan pertumbuhan lebih lambat di Amerika Serikat, yakni kebijakan moneter ketat masih berdampak pada perekonomian, dan di Tiongkok, konsumsi dan investasi yang lebih lemah terus membebani aktivitas," kata Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas, dilansir Antara, Rabu, 31 Januari 2024.
 
Adapun aktivitas di kawasan Euro diperkirakan akan sedikit pulih setelah 2023 yang penuh tantangan karena harga energi tinggi dan pengetatan kebijakan moneter membatasi permintaan.
 
Baca juga: Ada Pemilu, Menkeu Pede Pertumbuhan Ekonomi 2024 Capai 5,2%
 
Selain itu, banyak negara lain yang terus menunjukkan ketahanan dengan percepatan pertumbuhan, seperti di Brasil, India, dan negara-negara besar di Asia Tenggara.
 
Namun, proyeksi pertumbuhan global pada 2024-2025 masih di bawah rata-rata historis (2000-2019) sebesar 3,8 persen dengan tingkat suku bunga bank sentral yang tinggi untuk mengurangi laju inflasi, penarikan dukungan fiskal di tengah utang tinggi membebani aktivitas ekonomi, dan pertumbuhan produktivitas dasar yang rendah.
 
Kemudian, inflasi menurun lebih cepat dari perkiraan di sebagian wilayah seiring masalah sisi pasokan dan kebijakan moneter yang ketat mereda.

Inflasi global 2024 diramal menjadi 5,8%

Inflasi global diperkirakan turun menjadi 5,8 persen pada 2024 dan 4,4 persen pada 2025. Proyeksi inflasi global pada 2025 turun dari prediksi sebelumnya.

Dengan disinflasi dan pertumbuhan yang stabil, kemungkinan hard landing telah mereda dan risiko terhadap pertumbuhan global secara umum seimbang.
 
Di satu sisi, disinflasi yang lebih cepat dapat menyebabkan pelonggaran kondisi keuangan lebih lanjut.
 
Kebijakan fiskal yang lebih longgar dari perkiraan dapat menyiratkan pertumbuhan lebih tinggi untuk sementara, tetapi dengan penyesuaian lebih mahal di kemudian hari.
 
Menurut dia, momentum reformasi struktural yang lebih kuat dapat meningkatkan produktivitas dengan dampak lintas batas (cross-border spillovers) yang positif.
 
Di sisi lain, lonjakan harga komoditas baru akibat guncangan geopolitik dan gangguan pasokan dapat memperpanjang kondisi moneter yang ketat.
 
"Masalah sektor properti yang semakin dalam di Tiongkok, atau di tempat lain, (dan) peralihan yang mengganggu pada kenaikan pajak dan pemotongan belanja juga bisa menimbulkan (risiko) penurunan pertumbuhan (growth disappointments)," ungkap dia.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan