Mengutip CNBC International, Senin, 20 Desember 2021, bank sentral Inggris menaikkan suku bunga utamanya menjadi 0,25 persen dari terendah bersejarah 0,1 persen dalam menghadapi tekanan inflasi yang terus-menerus dan pasar tenaga kerja yang ketat. Hal tersebut menentang ekspektasi pasar untuk menunggu sampai tahun baru sebelum memulai siklus kenaikannya.
Inflasi mencapai 5,1 persen dalam 12 bulan hingga November, kenaikan tahunan paling tajam selama 10 tahun dan jauh di atas target dua persen dari bank sentra. BoE sekarang memperkirakan kenaikan harga konsumen mencapai puncaknya pada enam persen secara tahunan pada April 2022.
Sementara itu, Inggris menambahkan 257 ribu pekerjaan pada November meskipun lowongan tetap tinggi, menunjukkan tekanan lebih lanjut pada pasokan tenaga kerja. "Omicron telah memperkenalkan tingkat ketidakpastian baru ke dalam penilaian kami terhadap ekonomi secara keseluruhan, prospek inflasi, dan perkembangan pasar tenaga kerja," kata Pill.
Pill -yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif BoE untuk analisis dan penelitian moneter- mengatakan BoE sekarang perlu melanjutkan dengan hati-hati dan menilai apakah omicron akan mengarah pada pembalikan dinamika ekonomi Inggris selama enam bulan terakhir dan seterusnya, khususnya pengetatan pasar tenaga kerja.
"Saya pikir penting juga untuk diingat risiko terkait omicron mungkin bersifat dua sisi. Stidaknya seperti yang tercermin dalam tujuan inti kami, ambisi kami dalam hal prospek inflasi dalam jangka menengah," katanya.
"Kami memiliki beberapa pekerjaan rumah yang harus dilakukan dalam melihat bagaimana varian omicron berdampak pada kesehatan masyarakat dan perkembangan ekonomi Inggris, tetapi juga dengan hati-hati menafsirkan bagaimana hal-hal itu memengaruhi apa yang harus menjadi fokus kami, dan hal yang dapat kami lakukan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News