Pertumbuhan ekspor melambat menjadi 11,7 persen, terlemah sejak Maret 2021, namun ekspor bersih berkontribusi terhadap PDB riil karena impor tumbuh paling lambat sejak akhir 2020. Di antara berbagai sub-komponen, konsumsi menyumbang 2,7 persen dan ekspor bersih 2,1 persen.
baca juga: Sstt, BI Diramal Turunkan Suku Bunga ke 5%, Ini Alasannya! |
"Data pertumbuhan yang mendukung memberikan keyakinan pada bank sentral. Namun, pelunakan inflasi dan penguatan rupiah akan menjadi pendorong lebih besar untuk kebijakan bank sentral," jelas DBS dalam risetnya, Senin, 22 Mei 2023.
DBS menuturkan, konsumsi rumah tangga meningkat karena dampak dari inflasi di atas target kemungkinan besar diimbangi oleh penyesuaian upah, pelonggaran pembatasan dan perayaan hari raya.
Penurunan harga energi
Dengan harga energi yang turun dari tahun lalu, rendahnya risiko melonjaknya subsidi bahan bakar, dan kebijakan untuk menjaga harga pangan, ekspektasi inflasi secara umum masih terjaga.Tren yang berkembang menunjukkan kemungkinan pergeseran dalam kebijakan moneter BI dalam beberapa bulan mendatang, dengan kebijakan mengarah pada penurunan suku bunga pada tahun ini.
DBS Group Research memajukan ekspektasi penurunan suku bunga ke Agustus 2023 dari prediksi pada awal 2024, dengan risiko suku bunga diturunkan lebih awal. Suku bunga kebijakan diperkirakan berada di level 4,75 persen pada triwulan pertama 2024.
"Hal itu akan membuat BI menjadi bank sentral yang paling akhir memulai kenaikan suku bunga di kawasan ini, dan menjadi bank sentral yang paling awal kembali ke siklus pelonggaran," tegas DBS.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News