Ilustrasi Dolar AS. Foto: AFP.
Ilustrasi Dolar AS. Foto: AFP.

Dolar Anjlok Imbas Inflasi AS Melambat

Antara • 12 November 2022 08:32
New York: Dolar jatuh terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya untuk hari kedua berturut-turut pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB). Investor menyukai mata uang berisiko, menyusul tanda-tanda inflasi AS mendingin yang mendorong kasus Federal Reserve untuk mengurangi kenaikan suku bunga yang besar dan kuat.
 
Pelemahan dolar pada Jumat, 11 November 2022 adalah perpanjangan dari langkah yang dimulai setelah data menunjukkan inflasi konsumen AS naik 7,7 persen (yoy) pada Oktober. Ini menjadi tingkat paling lambat sejak Januari dan di bawah perkiraan sebesar 8,0 persen.
 
Terhadap sekeranjang mata uang, dolar turun sekitar 3,8 persen selama dua sesi, dengan laju persentase kerugian dua hari terbesar sejak Maret 2009.

Reli panjang mata uang AS selama dua tahun terakhir telah menarik banyak pemburu dolar yang mengarah ke posisi sangat ramai dan data Kamis, 10 November 2022, membuat banyak dari mereka mencari jalan keluar cepat, kata ahli strategi.
 
"Ini bukan hanya pengikut tren jangka pendek, para pemain momentum telah keluar dari posisinya, tetapi beberapa posisi jangka panjang struktural long (beli) dolar harus dibatalkan," kata Kepala Strategi Pasar Bannockburn Global Forex Marc Chandler, Sabtu, 12 November 2022.
 
Dolar merosot 1,7 persen terhadap yen Jepang pada 138,55 yen, sementara euro melonjak 1,46 persen terhadap unit AS menjadi 1,036 dolar.
 
"Dolar adalah salah satu pasar yang ekstrem dalam penilaiannya yang berlebihan, ada peluang kuat kita telah melihat puncaknya," kata Kepala Pendapatan Tetap Global Janus Henderson Investors Jim Cielinski.
 
Baca juga: Inflasi Mendingin, Dolar AS Terkoreksi

 
Namun beberapa ahli strategi memperingatkan dolar tetap rentan terhadap kemungkinan rebound jangka pendek. "Ya, lebih banyak orang menjadi yakin dolar telah mencapai puncaknya tetapi pergerakannya begitu tajam sehingga saya memperingatkan orang-orang agar tidak mengejarnya," kata Chandler dari Bannockburn.
 
Dolar mendapat sedikit dukungan dari data survei yang menunjukkan sentimen konsumen AS turun pada November, ditarik oleh berlanjutnya kekhawatiran tentang inflasi dan biaya pinjaman yang lebih tinggi. Dolar Australia dan Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko masing-masing naik 1,4 persen dan 1,6 persen, terhadap greenback.
 
Selera risiko investor mendapat dorongan tambahan dari otoritas kesehatan Tiongkok yang melonggarkan beberapa pembatasan ketat covid-19 di negara itu, termasuk mempersingkat waktu karantina untuk kasus kontak dekat dan pelancong yang datang.
 
Sterling, sementara itu, naik 1,22 persen terhadap dolar menjadi 1,1853 dolar setelah data Inggris menunjukkan ekonomi tidak berkontraksi sebanyak yang diperkirakan dalam tiga bulan hingga September, meskipun masih memasuki apa yang kemungkinan akan menjadi resesi yang panjang.
 
Dolar melemah 2,4 persen terhadap franc Swiss pada 0,94025 franc setelah Ketua Swiss National Bank (bank sentral Swiss) Thomas Jordan mengatakan bank siap untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan guna membawa inflasi kembali ke kisaran target nol sampai dua persen.
 
Mata uang kripto tetap di bawah tekanan dari gejolak yang sedang berlangsung di dunia kripto setelah keruntuhan bursa kripto FTX. Token asli FTX, FTT, terakhir turun 26,7 persen pada USD2,731, menjadikan kerugian bulanannya hampir 90 persen. Bitcoin juga jatuh 4,6 persen menjadi USD16.747.
 
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan