Gubernur Bank of Japan (BoJ) Haruhiko Kuroda. FOTO: AFP
Gubernur Bank of Japan (BoJ) Haruhiko Kuroda. FOTO: AFP

Kuroda: BoJ Tetap Pertahankan Kebijakan Longgar Sambil Memantau Risiko Inflasi

Angga Bratadharma • 27 Januari 2022 11:00
Tokyo: Gubernur Bank of Japan (BoJ) Haruhiko Kuroda berjanji untuk menjaga kebijakan moneter ultra-longgar dan bank sentral bakal memperhatikan risiko inflasi yang bisa melonjak sebelum upah mulai naik. Langkah tersebut dengan harapan bisa menjaga stabilitas perekonomian di tengah pandemi covid-19.
 
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menyalahkan kenaikan harga di Jepang baru-baru ini pada inflasi komoditas global dan menekankan perlunya meningkatkan upah dan pendapatan rumah tangga guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang solid.
 
Para pembuat kebijakan membuat pernyataan ketika lobi bisnis utama dan serikat pekerja memulai pembicaraan upah musim semi tahunan, yang akan diselesaikan pada Maret. Sedangkan bank sentral Jepang mengandalkan kenaikan upah untuk membantu memenuhi target inflasi dua persen secara stabil.

Sementara itu, pembicaraan upah juga akan menjadi ukuran kunci apakah Kishida dapat mencapai janjinya untuk memicu siklus pertumbuhan dan distribusi kekayaan yang baik.
 
"Diinginkan untuk menciptakan lingkungan di mana perusahaan dapat meneruskan kenaikan biaya dan menaikkan upah, sehingga peningkatan konsumsi memacu pertumbuhan ekonomi dan inflasi," kata Kishida, kepada parlemen, dilansir dari Channel News Asia, Kamis, 27 Januari 2022.
 
Pernyataan itu muncul setelah seorang anggota parlemen oposisi menyerang Kishida dan Kuroda di parlemen dengan mengatakan kenaikan harga bahan mentah dapat memicu inflasi yang buruk, upah gagal mendapatkan dorongan cukup guna menutupi kenaikan biaya hidup untuk rumah tangga.
 
Perdana Menteri Jepang mengatakan sulit untuk menarik garis pada apa yang merupakan inflasi baik atau buruk, dan menolak untuk mengatakan kapan Jepang dapat mencapai jenis inflasi yang dianggap diinginkan.
 
Sedangkan Kuroda tidak berpikir Jepang mengalami pelemahan yen yang tidak normal yang mendorong biaya impor secara berlebihan. "BoJ akan melanjutkan kebijakan ultra-mudahnya sehingga peningkatan laba perusahaan dan ekonomi menopang upah dan secara bertahap mempercepat inflasi konsumen," kata Kuroda.
 
"Kami tetap waspada terhadap risiko harga yang mungkin melonjak sebelum upah mulai naik, atau bagaimana (kenaikan biaya bahan baku) dapat merugikan perusahaan kecil. Kami harus mewaspadai risiko ini, sambil mempertahankan kebijakan moneter longgar kami saat ini," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan