"Ekonomi terbesar ketiga di dunia itu kemungkinan membaik karena ekspor yang kuat, serta dorongan dari kebijakan moneter ultra-mudah, dan paket stimulus besar pemerintah," kata Kuroda, dilansir dari Channel News Asia, Kamis, 13 Januari 2022.
"Ekonomi Jepang meningkat sebagai tren, meskipun tetap dalam kondisi parah karena dampak pandemi virus korona," tambah Kuroda dalam pidatonya di pertemuan triwulanan para manajer cabang regional bank sentral.
Ia mengatakan BoJ akan meneliti dampak pandemi dan tidak akan ragu untuk mengambil langkah pelonggaran tambahan sesuai kebutuhan. Pernyataannya mengulangi tekad bank sentral Jepang untuk fokus mendukung pemulihan ekonomi yang rapuh dengan stimulus moneter besar-besaran.
Adapun BoJ akan mengeluarkan laporan triwulanan tentang ekonomi regional Jepang, yang akan menjadi salah satu faktor yang diteliti oleh bank sentral pada pertemuan kebijakan minggu depan.
Sumber mengatakan bahwa BoJ diperkirakan sedikit merevisi perkiraan inflasi untuk tahun fiskal yang dimulai April pada kenaikan biaya energi, meskipun proyeksi inflasi baru masih akan di bawah target dua persen. Jepang tidak kebal terhadap dampak inflasi komoditas global, dengan harga grosir pada November naik ke rekor 9,0 persen dari tahun sebelumnya.
Tetapi pertumbuhan upah dan konsumsi yang lemah telah mencegah banyak perusahaan untuk meneruskan kenaikan biaya ke rumah tangga, menjaga inflasi konsumen inti pada 0,5 persen lebih sederhana pada November.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News