Ursula von der Leyen mengusulkan agar blok yang terdiri dari 27 negara itu menyetujui 'Chips Act' untuk memastikan swasembada semikonduktor, melawan dorongan infrastruktur global Tiongkok, dan menemukan kemauan politik untuk campur tangan secara militer di seluruh dunia tanpa Amerika Serikat.
"Eropa dapat dan jelas harus mampu dan mau berbuat lebih banyak dengan sendirinya," kata Ursula von der Leyen, dilansir dari The Business Times, Jumat, 17 September 2021.
Selama dua tahun von der Leyen menjabat sebagai Presiden EC, ketahanan UE telah diuji oleh pandemi virus korona, penurunan ekonomi, ketegangan atas kepergian Inggris, dan melemahnya aturan hukum di beberapa negara anggota.
Kritikus mengatakan dia dan timnya tidak memenuhi janji untuk membuat EC lebih geopolitik karena Uni Eropa masih berjuang untuk menegaskan pengaruhnya dalam urusan luar negeri dan perdagangan global. "Sebuah 'make-or-break issue' adalah kemandirian digital," kata von der Leyen.
Kemudian, von der Leyen mengumumkan rencana Eropa membangun kemitraan di bidang infrastruktur melalui gerbang global untuk melawan Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok. "Kami cukup bagus dalam membiayai jalan, tetapi tidak masuk akal bagi Eropa jika kami membangun jalan yang sempurna antara tambang tembaga Tiongkok dan pelabuhan milik Tiongkok," urainya.
"Kita memasuki era baru hiper-kompetitif, era di mana beberapa orang tidak berhenti untuk mendapatkan pengaruh," tambahnya.
Lebih lanjut, satu bulan setelah Taliban mengambil kendali di Afghanistan, von der Leyen meminta negara-negara Uni Eropa untuk membangun kekuatan yang dapat melakukan intervensi militer di luar negeri tanpa dukungan AS.
"Apa yang menahan kami sampai sekarang bukan hanya kekurangan kapasitas, itu adalah kurangnya kemauan politik," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News