Ilustrasi. FOTO: AFP
Ilustrasi. FOTO: AFP

Pertikaian Arab Saudi dan UEA tentang Produksi Minyak Ancam Masa Depan OPEC

Angga Bratadharma • 08 Juli 2021 08:39
London: Kelompok produsen minyak yang tergabung dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) telah jatuh ke dalam krisis. Hal itu terjadi lantaran ada pertikaian sengit antara Arab Saudi dan Uni Emirat Arab yang menimbulkan pertanyaan tentang masa depan aliansi energi.
 
OPEC dan mitra non-OPEC, sekelompok dari beberapa produsen minyak paling kuat di dunia, tiba-tiba membatalkan rencana untuk berkumpul kembali pada Senin waktu setempat setelah pertemuan pekan lalu secara tak terduga gagal untuk menengahi kesepakatan tentang kebijakan produksi minyak. Mereka tidak menetapkan tanggal baru untuk melanjutkan pembicaraan.
 
Hal itu mengartikan tidak ada kesepakatan yang dicapai tentang kemungkinan peningkatan produksi minyak mentah setelah akhir Juli. Kondisi tersebut membuat pasar minyak dalam keadaan limbo saat permintaan bahan bakar global pulih dari pandemi virus korona yang sedang berlangsung.

"OPEC+ telah mengalami krisis paling serius sejak perang harga naas tahun lalu antara Arab Saudi dan Rusia," kata Kepala Strategi Komoditas Global RBC Capital Markets Helima Croft, dilansir dari CNBC International, Kamis, 8 Juli 2021.
 
"Pembicaraan saluran belakang dilaporkan sedang berlanjut, tetapi pertanyaan tentang komitmen UEA untuk tetap berada di OPEC kemungkinan akan tumbuh dalam beberapa hari mendatang," tambahnya.
 
Croft mengatakan perselisihan UEA dan Arab Saudi tampaknya lebih dari sekadar kebijakan minyak dengan Abu Dhabi sepertinya berniat melangkah keluar dari bayang-bayang Arab Saudi dan memetakan jalannya sendiri dalam urusan global.
 
Adapun kekacauan terjadi setelah OPEC+ pada Jumat kemarin memberikan suara pada proposal untuk meningkatkan produksi minyak sekitar dua juta barel per hari antara Agustus dan akhir tahun dengan rincian bulanan 400 ribu barel per hari. Mereka juga mengusulkan untuk memperpanjang sisa pengurangan produksi hingga akhir 2022.
 
Namun, rencana tersebut ditolak oleh UEA, yang menginginkan garis dasar yang lebih tinggi atas kuotanya untuk memungkinkan lebih banyak produksi dalam negeri.
 
"Tidak ada kesepakatan yang tercapai dan saat kita berdiri sekarang aliansi OPEC+, jika itu masih kata yang tepat untuk menggambarkan grup, akan berproduksi pada tingkat Juli untuk sisa tahun ini," kata Analis Minyak PVM Oil Associates Tamas Varga.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan