Ilustrasi. FOTO: SCMP
Ilustrasi. FOTO: SCMP

Utang Jumbo Properti Tiongkok Diramal Bebani Penerbitan Obligasi di 2022

Angga Bratadharma • 21 Desember 2021 15:05
Hong Kong: Gejolak utang di sektor properti Tiongkok akan membatasi kesepakatan imbal hasil tinggi obligasi korporasi Asia pada semester pertama tahun depan. Hal itu setelah terjadinya serangkaian gagal bayar oleh perusahaan real estat yang salah satunya China Evergrande.
 
Mengutip Channel News Asia, Senin, 21 Desember 2021, pengembang properti Tiongkok merupakan bagian terbesar dari penerbitan imbal hasil tinggi obligasi, juga dikenal sebagai obligasi sampah, di wilayah tersebut. Volume masalah semacam itu telah sangat dipengaruhi oleh kekhawatiran atas kesehatan keuangan pengembang Tiongkok.
 
Kondisi kesehatan keuangan pengembang Tiongkok telah memengaruhi penerbitan obligasi korporasi dengan imbal hasil tinggi di kawasan Asia-Pasifik yang kini jatuh pada 2021 ke level terendah dalam tiga tahun. China Evergrande Group dan Kaisa Group, misalnya, melewatkan pembayaran obligasi di tahun ini.

Kegagalan untuk melakukan pembayaran, diikuti oleh serangkaian penurunan peringkat kredit pengembang yang berutang, telah mengguncang utang Tiongkok dengan imbal hasil tinggi. Akhirnya memicu arus keluar dan membuat manajer aset gelisah tentang emiten di wilayah tersebut.
 
Di kawasan Asia-Pasifik, ada obligasi korporasi imbal hasil tinggi senilai USD50,4 miliar yang diterbitkan tahun ini, terendah sejak 2018 ketimbang USD63,9 miliar pada 2020, menurut angka Refinitiv. Adapun Tiongkok menyumbang sebagian besar penurunan regional, karena investor mulai menutup pembukuan mereka lebih awal.
 
Hal itu untuk menghindari penularan dan dampak dari aksi jual sektor properti selama kuartal terakhir. "Ini adalah daftar nama yang cukup pendek yang dapat membuka kembali pasar imbal hasil tinggi obligasi," kata Kepala Sindikat Utang Asia Pasifik Morgan Stanley Ernst Grabowski.
 
"Harus menjadi perusahaan, sebagian besar investor merasa itu relatif aman sebagai proposisi kredit dan di mana mereka menilai ada cukup dukungan dari investor lain serta di mana mereka menganggap likuiditas akan layak," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan