Namun sekarang setelah aksi jual obligasi telah menyebar ke seluruh sektor real estat Tiongkok dan sekitarnya membuat kekhawatiran berkembang tentang potensi risiko terhadap sistem keuangan global. Kondisi ini tentu harus diwaspadai agar tidak memberikan efek negatif lebih dalam di masa mendatang.
Mengutip The Business Times, Rabu, 10 November 2021, Federal Reserve AS membuat tautan itu secara eksplisit dalam sebuah laporan dan memperingatkan apa yang terjadi di industri properti Tiongkok dapat berdampak pada pasar keuangan dan mengancam pertumbuhan ekonomi dunia.
Menggarisbawahi risiko potensi limpahan, Otoritas Moneter Hong Kong meminta bank untuk mengungkapkan eksposur mereka terhadap real estat Tiongkok. Adapun inti dari pelemahan di pasar obligasi adalah kekhawatiran bahwa pengembang mungkin memiliki lebih banyak utang daripada yang diungkapkan di neraca mereka.
Kondisi itu muncul setelah beberapa perusahaan berjuang untuk membayar utang publik dan tersembunyi meskipun tampaknya memiliki modal yang cukup. Yang memperburuk keadaan adalah ketidakmampuan pengembang untuk memperpanjang utang yang jatuh tempo karena melonjaknya biaya pinjaman yang secara efektif menutup mereka dari pasar obligasi dolar.
Pengembang terbesar
Sebanyak 10 pengembang terbesar di Tiongkok berdasarkan penjualan berutang gabungan USD1,65 triliun dalam kewajiban. "Tiongkok tampaknya sedang menguji sistem keuangannya. Hanya di bawah tekanan, Anda tahu berapa banyak utang di luar neraca dan seberapa besar tekanan yang dapat ditangani sistem," kata Kepala Ekonomi Tiongkok Macquarie Group Larry Hu.Tapi bahayanya adalah Tiongkok memutuskan untuk melonggarkan terlalu terlambat. Krisis uang tunai semakin memburuk dari hari ke hari. Hasil pada indeks Bloomberg obligasi dolar sampah Tiongkok -didominasi oleh perusahaan properti- telah melonjak menuju 24 persen.
Aksi jual telah menyebar ke emiten kelas atas seperti Country Garden Holdings, sementara sebuah perusahaan yang dikendalikan oleh Pemerintah Tiongkok telah melihat obligasinya merosot. Spread obligasi tingkat investasi negara atas Treasuries melebar terbesar sejak April pada Selasa waktu setempat.
Sementara itu, ada beberapa tanda pembuat kebijakan akan mengurangi pembatasan di pasar properti, meskipun ada risiko terhadap ekonomi. Kepala Regulator Perbankan Tiongkok Guo Shuqing, setahun lalu menyebut real estat seperti 'badak abu-abu terbesar' untuk stabilitas keuangan Tiongkok -mengacu pada ancaman besar yang diabaikan.
Presiden Xi Jinping tampaknya bertekad untuk menghadapi tantangan tersebut saat ia berusaha membawa kemakmuran bersama dan mengamankan masa jabatan ketiga untuk memperpanjang kekuasaannya yang tidak terbatas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News