"Aliran dana tahunan untuk pendanaan aksi iklim kepada negara-negara berkembang, utamanya untuk negara berpendapatan rendah dan menengah, kurang dari USD425 miliar,” kata Direktur Eksekutif Bank Dunia untuk Asia Tenggara Wempi Saputra dalam webinar 'Financing the Green Transition of Developing Country' di Jakarta, dilansir Antara, Kamis, 7 September 2023.
Kebutuhan aliran dana tersebut, lanjut Wempi, setidaknya akan meningkat sebesar empat kali lipat pada 2030.
Baca juga: Siap-siap! IKN Nusantara Bakal Jadi Pusat Ekonomi Hijau ASEAN |
Meskipun memiliki manfaat jangka panjang, transisi hijau atau dalam konteks yang lebih luas, yaitu transisi iklim, akan menghabiskan biaya triliunan untuk investasi lingkungan hidup pada negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.
Perlu dana hingga USD3,4 triliun
Ia mengatakan negara-negara tersebut diperkirakan memerlukan dana antara USD1,7 triliun hingga USD3,4 triliun untuk pendanaan iklim.
Langkah itu menurut dia dilakukan agar transisi iklim juga bisa berdampak pada masyarakat miskin, khususnya yang ada di negara berkembang. Ia pun mengatakan, perencanaan membutuhkan identifikasi program dan proyek yang berpengaruh, peraturan publik yang cukup, dan meningkatkan pendanaan dari berbagai sumber secara signifikan.
Wempi menuturkan saat ini transisi ekonomi hijau dibutuhkan karena masyarakat mengonsumsi Sumber Daya Alam (SDA), termasuk bahan bakar fosil, secara berlebihan.
Konsumsi berlebihan ini, lanjut Wempi, makin memperburuk krisis iklim dan ekologi. Oleh karena itu, dibutuhkan perubahan yang komprehensif dalam cara memanfaatkan sumber daya alam
Tantangan utama transisi ekonomi hijau juga tak sekadar membatasi cara konsumsi masyarakat, tetapi juga tantangan agar dapat membuat roda perekonomian Indonesia berputar.
“Transisi ekonomi hijau bisa menjadi penggerak pertumbuhan baru dan membentuk pondasi untuk bisnis dan perekonomian yang berkelanjutan dengan menawarkan serangkaian produk layanan yang lebih komprehensif dan sebagai kesempatan yang lebih baik untuk mengurangi emisi,” jelas Wempi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News