"Perang di Ukraina telah memperbesar perlambatan ekonomi global, yang sekarang memasuki apa yang bisa menjadi periode pertumbuhan yang lemah dan inflasi yang berlarut-larut, kata Bank Dunia dalam laporan Prospek Ekonomi Global, dikutip dari Antara, Rabu, 8 Juni 2022.
Bank Dunia memperingatkan prospek masih bisa tumbuh lebih buruk. Dalam konferensi pers, Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan, pertumbuhan global bisa turun menjadi 2,1 persen pada 2022 dan 1,5 persen pada 2023, mendorong pertumbuhan per kapita mendekati nol, jika risiko penurunan terwujud.
Malpass mengatakan pertumbuhan global sedang dihantam oleh perang, penguncian covid baru di Tiongkok, gangguan rantai pasokan dan meningkatnya risiko stagflasi dengan periode pertumbuhan lemah, dan inflasi tinggi yang terakhir terlihat pada 1970-an.
"Bahaya stagflasi cukup besar hari ini. Pertumbuhan yang lemah kemungkinan bertahan sepanjang dekade karena investasi yang lemah di sebagian besar dunia," tulis Malpass dalam kata pengantar laporan tersebut.
"Dengan inflasi yang sekarang berjalan pada level tertinggi selama beberapa dekade di banyak negara dan pasokan diperkirakan tumbuh lambat, ada risiko inflasi akan tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama," tambahnya.
Antara 2021 dan 2024, laju pertumbuhan global diproyeksikan melambat sebesar 2,7 poin persentase, kata Malpass, lebih dari dua kali perlambatan yang terlihat antara 1976 dan 1979.
Laporan tersebut memperingatkan kenaikan suku bunga yang diperlukan untuk mengendalikan inflasi pada akhir 1970-an begitu curam sehingga memicu resesi global pada 1982, dan serangkaian krisis keuangan di pasar negara-negara emerging market dan berkembang.
Direktur Unit Bank Dunia Ayhan Kose, yang menyiapkan prakiraan tersebut, mengatakan ada ancaman nyata bahwa pengetatan kondisi keuangan yang lebih cepat dari perkiraan dapat mendorong beberapa negara ke dalam jenis krisis utang yang terlihat pada 1980-an.
Meskipun ada kesamaan dengan kondisi saat itu, ada juga perbedaan penting, termasuk kekuatan dolar AS dan harga minyak yang umumnya lebih rendah, serta neraca yang umumnya kuat di lembaga keuangan besar.
Untuk mengurangi risiko, kata Malpass, pembuat kebijakan harus bekerja untuk mengoordinasikan bantuan untuk Ukraina, meningkatkan produksi pangan dan energi, dan menghindari pembatasan ekspor dan impor yang dapat menyebabkan lonjakan harga minyak dan pangan lebih lanjut.
Meningkatkan pengurangan utang
Dia juga menyerukan upaya untuk meningkatkan pengurangan utang, memperingatkan bahwa beberapa negara berpenghasilan menengah berpotensi berisiko; memperkuat upaya penanggulangan covid; dan mempercepat transisi ke ekonomi rendah karbon.Bank memperkirakan penurunan pertumbuhan global menjadi 2,9 persen pada 2022 dari 5,7 persen pada 2021, turun 1,2 poin persentase dari perkiraan Januari, dan mengatakan pertumbuhan kemungkinan akan mendekati level itu pada 2023 dan 2024.
Dikatakan inflasi global akan moderat tahun depan tetapi kemungkinan akan tetap di atas target di banyak negara. Pertumbuhan di negara-negara maju diproyeksikan melambat tajam menjadi 2,6 persen pada 2022 dan 2,2 persen pada 2023 setelah mencapai 5,1 persen pada 2021.
Pertumbuhan AS diperkirakan turun menjadi 2,5 persen pada 2022, turun dari 5,7 persen pada 2021, dengan zona euro mengalami pertumbuhan 2,5 persen setelah 5,4 persen.
Negara-negara emerging market dan berkembang diperkirakan mencapai pertumbuhan hanya 3,4 persen pada 2022, turun dari 6,6 persen pada 2021, dan jauh di bawah rata-rata tahunan sebesar 4,8 persen yang terlihat pada 2011-2019. Ekonomi Tiongkok diperkirakan tumbuh hanya 4,3 persen pada 2022 setelah tumbuh 8,1 persen pada 2021.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id