Mengutip Antara, Jumat, 1 April 2022, kontrak berjangka minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Mei kehilangan USD7,54 atau atau 7,0 persen, menjadi USD100,28 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah menyentuh level terendah USD99,66.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei tergelincir USD5,54 atau 4,9 persen, menjadi USD107,91 per barel di London ICE Futures Exchange. Kontrak berjangka Juni yang lebih aktif diperdagangkan turun 5,6 persen pada USD105,16 per barel, setelah jatuh USD7,0 di awal sesi.
Kedua kontrak acuan tersebut membukukan persentase kenaikan kuartalan tertinggi sejak kuartal kedua 2020, dengan Brent melonjak 38 persen, dan WTI melambung 34 persen, didorong terutama setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari yang disebut Moskow sebagai 'Operasi Militer Khusus'.
"Ini adalah pasar di mana setiap barel diperhitungkan dan (pelepasan SPR) adalah volume minyak yang signifikan ditempatkan di pasar untuk jangka waktu yang lama," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC.
Pelepasan 180 juta barel oleh Biden setara dengan sekitar dua hari permintaan global, dan menandai ketiga kalinya Washington memanfaatkan SPR dalam enam bulan terakhir.
Mulai Mei, Amerika Serikat akan melepaskan satu juta barel per hari minyak mentah selama enam bulan dari Cadangan Minyak Strategis, kata Biden, menambahkan 30 juta hingga 50 juta barel minyak dapat dilepaskan oleh sekutu dan mitra.
"Kita perlu meningkatkan pasokan. Perusahaan minyak yang duduk di sumur menganggur atau sewa yang tidak terpakai harus mulai memproduksi atau membayar kelambanan mereka," katanya.
Anggota lain dari Badan Energi Internasional (EIA) juga dapat melepaskan barel untuk mengimbangi ekspor Rusia yang hilang setelah negara itu terkena sanksi berat karena invasi ke Ukraina. Negara-negara anggota IEA akan bertemu pada Jumat pukul 12.00 GMT untuk memutuskan potensi pelepasan minyak kolektif, kata juru bicara Menteri Energi Selandia Baru.
Namun, setiap rilis SPR juga bisa menjadi tanda bahwa Washington tidak memperkirakan resolusi cepat untuk krisis di Ukraina, yang telah menekan pasokan minyak, kata Susannah Streeter, analis pasar dan investasi senior di Hargreaves Lansdown.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News