Ilustrasi. FOTO: AFP
Ilustrasi. FOTO: AFP

PM: Jepang Harus Terbitkan Obligasi untuk Danai Bantuan Pandemi

Angga Bratadharma • 19 Oktober 2021 09:31
Tokyo: Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan Jepang harus menerbitkan obligasi pemerintah untuk mendanai kebijakan yang bertujuan membantu masyarakat menghadapi pukulan dari pandemi virus korona. Sejauh ini, covid-19 telah menghantam keras perekonomian dan aktivitas bisnis.
 
"Jepang masih dalam situasi krisis. Untuk melindungi kehidupan dan mata pencaharian masyarakat, kita harus secara tegas menggunakan penerbitan obligasi pemerintah untuk mendanai kebijakan yang diperlukan," katanya, dilansir dari The Business Times, Selasa, 19 Oktober 2021.
 
Di sisi lain, Anggota Dewan Jepang Asahi Noguchi menilai Bank of Japan (BoJ) harus mempertahankan stimulus besar-besaran meski ekonomi mulai pulih dari pukulan pandemi covid-19. Hal itu memperkuat ekspektasi bahwa Jepang akan tertinggal dalam menarik langkah-langkah kebijakan saat berada di mode krisis.
 
Nada Noguchi terdengar optimistis tapi tetap hati-hati pada prospek ekonomi Jepang selama pidatonya. Ia mengatakan pemulihan ekonomi akan menjadi lebih jelas mulai akhir tahun dan seterusnya karena peluncuran vaksin membantu meringankan dampak pandemi covid-19.

Inflasi Jepang

Tetapi, lanjutnya, tren inflasi Jepang yang rendah mengartikan pembukaan kembali ekonomi tidak mungkin memicu lonjakan upah dan inflasi yang terlihat di negara maju lainnya. "Akibatnya, penarikan pelonggaran moneter yang akan dilakukan oleh bank sentral lain tidak akan menjadi pilihan bagi BoJ," kata Noguchi.
 
Ia menambahkan BoJ mungkin perlu meningkatkan stimulus sebagai gantinya jika pemulihan ekonomi gagal menaikkan upah dan menciptakan lapangan kerja sebanyak yang diharapkan. Pemulihan ekonomi Jepang dipimpin oleh ekspor yang kuat, tetapi berbulan-bulan pembatasan virus lorona telah menekan permintaan konsumen, mengaburkan prospek.
 
Sementara itu, kebijakan ultra-longgar selama bertahun-tahun telah gagal mendorong inflasi karena konsumsi yang lemah membuat perusahaan tidak mengenakan biaya lebih banyak untuk barang dan jasa mereka. Akhirnya menjaga inflasi jauh di bawah target dua persen BoJ.
 
Noguchi menambahkan bank sentral Jepang mungkin tidak punya pilihan selain memperpanjang batas waktu saat ini untuk program pinjaman bantuan pandemi kecuali menjadi jelas kegiatan ekonomi akan kembali ke tingkat sebelum covid-19.
 
"Bahkan jika BoJ ingin mengakhiri program, itu harus dilakukan dengan cara yang tidak menghambat upaya untuk mencapai target inflasi dua persen," pungkas Noguchi.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan