Ekonomi Tiongkok hadapi Krisis Evergrande. Foto : AFP.
Ekonomi Tiongkok hadapi Krisis Evergrande. Foto : AFP.

Gurita Bisnis dan Tumpukan Utang Evergrande

Arif Wicaksono • 21 September 2021 13:10
Beijing: Prospek kegagalan Evergrande merupakan tanda-tanda alam dalam beberapa pekan terakhir. Kebiasaan perusahaan yang suka berhutang menjadi sinyal kehancuran, apalagi di tengah pandemi covid-19 yang memukul industri properti.
 
Beberapa minggu lalu, Fitch  sudah mengatakan bahwa default sangat mungkin terjadi pada surat utang Evergrande. Lembaga rating lainnya, Moody, mengatakan Evergrande kehabisan uang cash dan waktu untuk membayar utang.
 
Dikutip dari CNN, Selasa, 21 September 2021, perusahaan hadapi total utang sebesar USD300 miliar dengan ratusan proyek residensial yang terbengkalai. Masalah utang ini semakin besar karena tak bisa dibayar dengan duit cash perusahaan melainkan dari suntikan dana dari investor. Gali lubang tutup lubang.

Data Bloomberg menunjukkan pembayaran jatuh tempo obligasi Evergrande yang segera jatuh tempo termasuk bunga mencapai USD83,5 juta pada obligasi dolar AS bertenor lima tahun dengan imbal hasil 8,25 persen. Selain itu, Evergrande perlu membayar kupon 232 juta yuan untuk obligasi dalam negeri pada hari yang sama.
 
Secara total, Evergrande memiliki kewajiban pembayaran kupon senilai USD669 juta yang akan jatuh tempo hingga akhir tahun ini. Sekitar USD615 juta di antaranya adalah obligasi dolar AS, menurut data kompilasi Bloomberg.
 
Evergrande menjadi masalah karena besarnya size perusahaan ini yang menjadi bagian dari 500 Global Company, perusahaan dengan pendapatan terbesar di dunia. Perusahaan yang berbasis di Shenzen ini memiliki 200 ribu pekerja dan secara tak langsung menghidupi 3,8 juta pekerjaan setiap tahunnya. Perusahaan yang didirikan oleh Xu Jiayin ini memiliki 1.300 proyek di lebih dari 280 kota di Tiongkok.
 
Direktur Tiongkok Economic Inteligence Unit Mattie Bekink mengatakan bahwa masalah timbul kaena perusahaan semakin melebar dari bisnis utamanya, properti. Dan ini membutuhkan pendanaan dari utang yang besar.
 
Bisnisnya beragam dari perumahan, kendaraan listrik, taman hiburan dan olahraga. Evergrande juga memiliki bisnis makanan dan minuman serta sembako di Tiongkok.
 
Salah satu proyek megah adalah stadion Guangzhou Evergrande yang menjadi salah satu stadion sepakbola terbesar, diatas Old Trafford, dengan kapasitas 100 ribu pengunjung, dengan dana USD1,7 miliar. Kemudian ada proyek taman wisata Evergrande yakni Ocean Flower Island di Hainan, yang mencoba sebagai 'Hawainya' Tiongkok.
 
Goldman Sachs mengatakan rumitnya bisnis ini membuat sulitnya melakukan aset recovery ketika perusahaan alami masalah keuangan. Apalagi tak ada informasi jelas mengenai aset dan utang perusahaan yang tersebar di Tiongkok.
 
Kepala ekonom Asia Capital Economics,  Mark Williams,  mengatakan bahwa runtuhnya Evergrande akan menjadi ujian terbesar yang dihadapi sistem keuangan Tiongkok selama bertahun-tahun. Dia mengatakan hal ini sekaligus sebagai sinyal bahwa permintaan properti residensial di Tiongkok memasuki era penurunan berkelanjutan.
 
Evergrande berusaha bertahan. Evergrande sudah berusaha menjual bisnis kendaraan listrik dan bisnis layanan propertinya. Perusahaan juga telah mencoba untuk menjual menara kantornya di Hong Kong, yang dibeli dengan harga sekitar USD1,6 miliar pada 2015.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan