"Pertumbuhan besar pada Mei dikaitkan dengan basis rendah pada Mei tahun lalu, ketika Singapura memasuki periode lockdown untuk menahan wabah covid-19 dan toko fisik ditutup selama sebulan penuh," kata Departemen Statistik (SingStat), dikutip dari Xinhua, Selasa, 6 Juli 2021.
Pada Mei 2020, total penjualan ritel Singapura turun ke rekor 52,1 persen pada basis tahun-ke-tahun. Penurunan tersebut merupakan yang tertajam sejak rekor dimulai pada 1986, mengalahkan rekor April sebelumnya sebesar 40,5 persen.
"Penjualan ritel pada 2021 terus berada di bawah tingkat pra-covid 19," kata SingStat.
Tidak termasuk penjualan motor, penjualan ritel naik 61,6 persen di bulan Mei, dibandingkan dengan pertumbuhan 39,2 persen di bulan sebelumnya.
Penjualan ritel online peralatan komputer dan telekomunikasi, furnitur dan peralatan rumah tangga, serta industri supermarket dan hypermarket mencapai 54,4 persen, 30,7 persen dan 12,1 persen dari total penjualan industri masing-masing.
Semua industri ritel mencatat peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun, kecuali supermarket dan hypermarket serta minimarket dan toko serba ada. Ini karena basis rendah pada Mei 2020 ketika sebagian besar toko fisik tutup selama sebulan penuh.
Penjualan supermarket dan hypermarket turun 12,1 persen sementara penjualan minimarket dan toko serba ada turun 9,2 persen pada Mei dibandingkan dengan bulan yang sama pada 2020 karena permintaan bahan makanan yang lebih tinggi tahun lalu karena lebih banyak orang tinggal di rumah selama lockdown.
Penjualan jam tangan dan perhiasan mengalami peningkatan tertinggi dari tahun ke tahun di antara semua industri mencatat kenaikan sebesar 2.090 persen.
Pada basis bulanan yang disesuaikan secara musiman, sebagian besar industri ritel mencatat penurunan penjualan untuk Mei 2021 karena penerapan langkah-langkah Fase 2 (Peringatan Tinggi) mulai 16 Mei 2021.
Singapura menerapkan langkah-langkah yang lebih ketat dari 16 Mei hingga 13 Juni, berlabel Fase 2 (Peringatan Tinggi), setelah lonjakan kasus covid-19 di masyarakat.
"Penjualan industri discretionary seperti department store, pakaian jadi dan alas kaki, serta jam tangan dan perhiasan turun antara 21,1 persen dan 27,9 persen," kata SingStat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News