Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. FOTO: AFP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. FOTO: AFP

Inflasi Turki Tembus 61,1% di Maret, Level Tertinggi 20 Tahun

Angga Bratadharma • 06 April 2022 11:01
Istanbul: Inflasi Turki melonjak ke rekor dalam 20 tahun, dengan para analis melihat dampaknya akibat invasi Rusia ke Ukraina dan kebijakan suku bunga yang tidak lazim dari Presiden Recep Tayyip Erdogan.
 
Mengutip Channel News Asia, Rabu, 6 April 2022, menurut badan statistik, indeks harga konsumen meningkat menjadi 61,14 persen pada tingkat tahunan di Maret 2022 atau naik dari 54,4 persen pada Februari, memperparah krisis biaya hidup.
 
Melemahnya lira dan inflasi yang tak terkendali telah menjadi sumber utama ketidakpuasan publik di Turki saat Presiden Recep Tayyip Erdogan menghadapi pemilihan umum tahun depan. Turki telah mencatat inflasi dua digit sejak awal 2017 tetapi angka terbaru adalah yang tertinggi sejak Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) berkuasa pada 2002.

Mata uang stabil mengikuti data inflasi terbaru, diperdagangkan pada 14,7 lira melawan dolar dan 16,2 lira melawan euro. Perang di lingkungan Laut Hitam Turki telah berdampak besar pada negara itu karena Rusia adalah pemasok utama energi, sementara Ukraina mengirimkan gandum. Industri pariwisata Turki juga sangat bergantung pada turis Rusia.
 
Lembaga pemeringkat global S&P mempertahankan pandangan negatif terhadap Turki dan memangkas peringkat kreditnya. "Dampak dari konflik militer Rusia-Ukraina, termasuk kenaikan harga pangan dan energi, akan semakin melemahkan neraca pembayaran Turki yang sudah lemah dan memperburuk inflasi," kata S&P.
 
Kenaikan harga terbesar di Maret terjadi pada harga transportasi dan makanan, menurut badan statistik. Sementara negara-negara di seluruh dunia menghadapi kenaikan inflasi karena harga energi melonjak, dan ekonomi muncul dari pembatasan covid-19, masalah Turki juga dipengaruhi oleh pendekatan ekonomi Erdogan yang tidak ortodoks.
 
Pemimpin Turki menolak gagasan bahwa inflasi harus diperangi dengan menaikkan suku bunga utama, yang ia yakini menyebabkan harga tumbuh lebih tinggi -kebalikan dari pemikiran ekonomi konvensional. "Kebijakan bank sentral Turki tidak bekerja dalam melawan inflasi", kata Ahli Strategi Pasar Negara Berkembang BlueBay Asset Management Timothy Ash.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan