"Dorongan yen yang lemah memberi volume ekspor Jepang telah menurun dibandingkan dengan masa lalu, karena produsen menargetkan pengiriman ke produk-produk canggih di luar negeri daripada bersaing dengan pemotongan harga," kata Wakil Menteri Keuangan Jepang untuk Urusan Internasional Kanda, dilansir dari The Business Times, Rabu, 2 Februari 2022.
Namun yen yang lemah, lanjutnya, masih meningkatkan keuntungan dalam mata uang yen yang diperoleh perusahaan Jepang di luar negeri. "Kerugian yen yang lemah adalah mendorong naiknya biaya impor energi dan makanan, sehingga meningkatkan beban rumah tangga," katanya.
Ia mengakui meningkatnya kekhawatiran domestik tentang potensi efek samping dari mata uang yang lemah. Pernyataan Kanda menggarisbawahi bagaimana yen yang lemah menjadi masalah politik yang rumit bagi Kementerian Keuangan Jepang, yang secara historis berfokus pada mencegah mata uang yang kuat dari merugikan sektor ekspor negara itu.
"Ada efek positif dan negatif (terhadap perekonomian) dari pelemahan yen. Sulit untuk mengatakan mana yang lebih besar, karena pro dan kontra dari pelemahan yen berbeda untuk setiap entitas," kata Kanda.
Dirinya mengatakan impor memainkan peran yang semakin penting dalam perekonomian Jepang, mencapai 16 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) sekarang, dibandingkan dengan hanya sembilan persen dua dekade lalu.
"Kita perlu mengarahkan kebijakan berdasarkan pemahaman bahwa mekanisme pergerakan nilai tukar memengaruhi perekonomian telah berubah," ucapnya.
Tapi, Kanda menekankan, energi global dan inflasi komoditas, bukan yen yang lemah, sebagian besar harus disalahkan karena mendorong biaya hidup rumah tangga. "Setidaknya untuk saat ini, kenaikan harga barang impor sebagian besar disebabkan oleh kenaikan biaya energi dan inflasi global," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id