Itu kembali ditegaskan dalam Bali Leader's Declaration paragraf 12 yang menjadi keluaran dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 pada 15-16 November 2022 di Nusa Dua, Bali.
"Jadi pada paragraf 12 itu kami, G20 kembali menekankan mengenai pencapaian SDGs no. 7, yaitu bagaimana akses terhadap energi dan menghilangkan kemiskinan akibat kekurangan akses terhadap energi," jelas Sri Mulyani dalam konferensi pers di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Bali, Rabu, 16 November 2022.
Penegasan hal itu di dalam Bali Leader's Declaration, kata Sri Mulyani, bertujuan agar komitmen yang telah ditetapkan masing-masing negara terkait energi dapat diimplementasikan. Ini juga disebut sebagai salah satu poin yang sulit disepakati.
Baca juga: Menkeu: Pemimpin G20 Berkomitmen Kembangkan Transisi Energi |
Sebab, terdapat sejumlah negara anggota G20 yang merupakan produsen sumber energi fosil terbesar di dunia. Misal, Arab Saudi, dan Indonesia. "Di dalam Nationally Determined Contribution (NDC) kita, sektor energi adalah penghasil CO2 terbesar dan paling mahal untuk mencapai keseimbangan," terang Sri Mulyani.
Hadirnya paragraf 12 dalam deklarasi itu, lanjut perempuan yang karib disapa Ani tersebut, upaya untuk menutup kesenjangan antara kelompok yang sulit mengakses energi dan miskin karena tidak bisa mengakses energi.
Kemudian, dalam paragraf itu G20 juga sepakat hal paling penting dalam menggalakkan energi hijau, tidak melulu soal menyubsidinya, melainkan bagaimana dari sisi pemenuhan pendanaan.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News