Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan, laju perubahan dalam ekonomi riil masih terlalu lambat. Analisis baru-baru ini oleh kelompok yang berafiliasi dengan Bank Dunia itu menunjukkan bahwa jumlah total komitmen nasional global untuk mengurangi emisi yang merusak iklim akan turun hanya 11 persen pada pertengahan abad ini.
"Kecuali jika kita menetapkan harga karbon yang dapat diprediksi pada lintasan yang membawa kita setidaknya ke harga rata-rata USD75 per ton karbon pada 2030, kita sama sekali tidak menciptakan insentif bagi bisnis dan konsumen untuk beralih,” katanya, dilansir dari The Business Times, Rabu, 16 November 2022.
Sementara beberapa wilayah seperti Uni Eropa telah menetapkan harga karbon di atas tingkat tersebut -harga patokan Uni Eropa adalah sekitar 76 euro per ton- wilayah lain seperti negara bagian California di AS melihat penjualan karbon di bawah USD30 per ton ton, sementara beberapa tidak memiliki harga sama sekali.
Baca: Penerapan Metaverse Kuatkan Produk Ekonomi Kreatif |
"Masalahnya adalah, di banyak negara, tidak hanya di negara-negara miskin, di seluruh dunia, penerimaan polusi harga masih rendah," tukasnya.
Situasinya pun diperburuk oleh lingkungan biaya hidup yang tinggi saat ini. Tapi, Georgieva mengatakan, ada rute berbeda yang bisa diambil suatu negara. Penghasil emisi terbesar kedua di dunia, Amerika Serikat, misalnya, tidak mungkin menetapkan harga karbon nasional mengingat oposisi politik yang keras terhadap pajak karbon dan sistem cap-and-trade.
"Fokus saja pada kesetaraan. Apakah AS memilih untuk mengenakan biaya karbon melalui regulasi dan rabat daripada melalui pajak atau perdagangan, itu seharusnya tidak menjadi masalah. Yang penting adalah harga yang setara," pungkasnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News