Ilustrasi. FOTO: FREDERIC J. BROWN/AFP
Ilustrasi. FOTO: FREDERIC J. BROWN/AFP

Yuan Tiongkok Hantam Gerak Dolar AS

Antara • 28 Februari 2022 12:03
Beijing: Sistem Perdagangan Valuta Asing China menunjukkan kurs mata uang yuan Tiongkok bertambah 124 basis poin menjadi 6,3222 terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan Senin. Kondisi itu berbalik menguat setelah tergelincir 66 basis poin menjadi 6,3346 terhadap dolar AS pada akhir pekan lalu,

Mengutip Antara, Senin, 28 Februari 2022, di pasar spot valuta asing Tiongkok, yuan diperbolehkan naik atau turun sebesar 2,0 persen dari tingkat paritas tengahnya setiap hari perdagangan. Kurs tengah yuan terhadap USD didasarkan pada rata-rata tertimbang harga yang ditawarkan pelaku pasar sebelum pembukaan pasar uang antar bank pada setiap hari kerja.
 
Sementara itu, harga minyak mentah melonjak dengan rubel anjlok hampir 30 persen ke rekor terendah baru pada Senin pagi. Kondisi tersebut terjadi setelah negara-negara Barat memberlakukan sanksi baru terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina, termasuk memblokir beberapa bank dari sistem pembayaran internasional SWIFT.
 
Permintaan aman mendorong imbal hasil obligasi bersama dengan dolar dan yen lebih tinggi, sementara euro merosot setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menempatkan angkatan bersenjata nuklir dalam siaga tinggi pada Minggu, 27 Februari, hari keempat serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

Mengangkat kekhawatiran pasokan minyak

Meningkatnya ketegangan mengangkat kekhawatiran pasokan minyak dari produsen terbesar kedua di dunia itu dapat terganggu, mengirim harga minyak mentah Brent berjangka melonjak USD4,21 atau 4,3 persen menjadi USD102,14 per barel.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melambung USD4,58 atau 5,0 persen menjadi USD96,17 per barel. Sedangkan saham berjangka AS dan Eropa merosot, tetapi saham Asia-Pasifik sebagian besar lebih tinggi dalam perdagangan yang fluktuatif.
 
"Itu didukung oleh kenaikan Wall Street pada Jumat waktu setempat (Sabtu pagi WIB), ketika Indeks S&P 500 ditutup melonjak 2,51 persen. Kami memiliki banjir informasi yang sangat negatif selama akhir pekan," kata Analis Pasar IG Australia Kyle Rodda.
 
"Perasaan saya adalah tidak akan ada banyak kekuatan bertahan di balik langkah khusus ini (di saham Asia-Pasifik), mengingat kita sedang berbicara tentang risiko stabilitas keuangan, dan ancaman perang nuklir. Volatilitas meningkat. Aksi harga sangat berombak," pungkasnya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan