Mendag Muhammad Lutfi mengkritik peran WTO yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Foto: dok Biro Humas Kemendag.
Mendag Muhammad Lutfi mengkritik peran WTO yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Foto: dok Biro Humas Kemendag.

Di World Economic Forum 2022, Mendag: WTO Tidak Berfungsi!

Husen Miftahudin • 28 Mei 2022 10:30
Jakarta: Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengkritik Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang dinilai tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Padahal, saat ini perekonomian dunia tengah dilanda inflasi tinggi.
 
Selain itu, Lutfi menyebutkan gonjang-ganjing ekonomi dunia akibat inflasi yang tinggi juga terjadi karena hambatan perdagangan dunia yang disebabkan proteksionisme dan perang dagang.
 
"Ketika negara-negara yang sudah maju menerapkan standar ganda, WTO justru tidak berkutik," ketus Lutfi dalam salah satu panel diskusi di sela perhelatan World Economic Forum (WEF) 2022, Davos, Swiss, dalam keterangan resminya, Sabtu, 28 Mei 2022.
 
Lebih lanjut ia mengungkapkan tingginya harga komoditas dunia saat ini merupakan peluang bagi para petani di negara-negara berkembang besar seperti Indonesia, India, Brasil, dan Tiongkok untuk menikmati keuntungan lebih.
 
"Ini ekuilibrium baru dalam perdagangan komoditas pangan dunia. Jangan dirusak dengan menyalahkan salah satu negara misalnya Tiongkok karena posisi dagang yang kurang menguntungkan. Bahaya kalau beberapa negara maju berkelompok untuk membenarkan standar ganda," papar dia.
 
Hal yang dimaksud standar ganda oleh Lutfi adalah negara-negara yang sudah maju menyalahkan dan mengganggu perdagangan bebas dunia, ketika mereka kurang diuntungkan posisi dagangnya terhadap suatu negara tertentu, misalnya Tiongkok.
 
Padahal, dahulu ketika posisi dagang mereka diuntungkan sehingga petani di Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang makmur, semua negara berkembang dipaksa membuka pasar mereka. "Harus ada kebersamaan dan kesetaraan kesempatan dalam perdagangan bebas dunia," tutur Lutfi.
 
Lutfi sempat berdebat cukup tegang dengan panelis lainnya yaitu CEO Suntory Holdings, salah satu produsen makanan dan minuman terbesar di dunia asal Jepang, Tak Miinami.
 
Sang CEO pesimistis dengan situasi perdagangan dunia saat ini, khususnya karena Tiongkok yang menutup pasarnya karena kebijakan Zero-Covid yang diterapkan Presiden Xi Jin Ping. Sehingga Tiongkok, menurutnya, perlu dibatasi perannya dalam perdagangan dunia.
 
Lutfi menyayangkan pandangan tersebut apalagi mengingat Jepang sudah merasakan menjadi negara maju. Menurut dia, dunia harus mengakui fakta ketika Tiongkok mulai mendominasi perdagangan dunia, dampak positifnya dapat dirasakan seluruh masyarakat dunia dengan harga barang-barang yang semakin terjangkau.
 
"Kami di Indonesia sangat merasakan betul manfaatnya. Apalagi Tiongkok juga menjadi sumber utama transfer teknologi bagi negara-negara berkembang saat ini," tegas Lutfi menjelaskan.
 
Padahal, lanjut Mendag Lutfi, Tiongkok baru bergabung dengan WTO di 2001. Tapi manfaatnya jauh lebih terasa dibandingkan empat puluh tahun lebih sejak perdagangan dunia didominasi oleh kapitalisme Barat.
 
"Biarkan harga pangan tinggi saat ini menjadi sinyal agar petani dan peternak di negara-negara berkembang termasuk Indonesia meningkatkan produksi, sehingga nantinya harga akan turun dengan sendirinya karena pasokan melimpah," pungkas Lutfi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan