Melansir Channel News Asia, Selasa, 1 Februari 2022, Biro Statistik Pakistan dalam pernyataannya melaporkan, pada Desember angka inflasi adalah 12,3 persen.
Bank sentral negara itu menghentikan pengetatan moneter pekan lalu, mengatakan momentum inflasi telah melambat dan pengetatan fiskal oleh pemerintah juga akan berdampak pada kenaikan harga.
Selain itu, bank sentral telah meningkatkan suku bunga kebijakan utama sebesar 275 basis poin sejak September, dalam menghadapi percepatan inflasi tetapi pekan lalu mengatakan akan menahan suku bunga untuk melihat efek langkah-langkah sebelumnya terhadap kenaikan harga. Pengumuman kebijakan moneter berikutnya diharapkan pada Maret.
Dibandingkan dengan Desember 2021, CPI naik 0,4 persen pada Januari. Kenaikan IHK dibandingkan Januari lalu terutama dipimpin oleh biaya listrik, yang naik 56,20 persen tahun-ke-tahun, dan minyak goreng, yang naik 50,33 persen.
Namun, dibandingkan dengan Desember 2021, harga listrik turun pada Januari sebesar 2,52 persen, kata biro statistik. Naiknya biaya bahan bakar dan listrik telah meningkatkan tekanan pada pemerintahan Perdana Menteri Imran Khan.
Pemerintah bulan lalu meloloskan anggaran pertengahan tahun untuk meningkatkan pajak dalam upaya mengendalikan defisit fiskal -sebuah langkah yang dimaksudkan untuk meningkatkan peluang keberhasilan peninjauan program Dana Moneter Internasional.
Dewan pemberi pinjaman diharapkan bertemu minggu ini untuk meninjau kemajuan reformasi negara dan target ekonomi. Pakistan memasuki program IMF selama tiga tahun senilai USD6 miliar pada 2019. Jika berhasil, maka IMF akan melepaskan USD1 miliar ke negara tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id