Paolo Gentiloni menambahkan krisis Ukraina akan mengantarkan periode pertumbuhan yang lebih rendah untuk 19 negara yang berbagi euro. "Proyeksi blok pertumbuhan empat persen pada 2022, yang dikeluarkan sesaat sebelum invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, perlu direvisi ke bawah," katanya, dilansir dari CNBC International, Senin, 4 April 2022.
Namun, dalam upaya untuk menghilangkan penilaian suram, Gentiloni mengatakan tidak ada prospek resesi. "Hal baiknya adalah kami memasuki krisis ini lima minggu lalu (dengan) pijakan yang baik, dan kami memperkirakan untuk tahun ini pertumbuhan empat persen,” kata Gentiloni.
"Ini (ekonomi) pasti akan melambat, tetapi sisa-sisa situasi sebelumnya tentang bagaimana ekonomi kita berjalan pada 2021 akan tetap ada. Dan saya pikir kita tidak mengambil risiko memasuki wilayah negatif secara keseluruhan pada 2022," tambahnya.
Gentiloni mengatakan prospek ekonomi bergantung pada tiga faktor yakni durasi serangan Rusia di Ukraina, apakah dinamika sanksi akan meluas ke ekspor energi Rusia, dan bagaimana krisis Ukraina dapat memengaruhi kepercayaan investor dan konsumen.
"Ini lah mengapa saya pikir kita harus meyakinkan warga kita, pebisnis kita bahwa ya, kita akan memperlambat pertumbuhan kita tetapi kita tidak memasuki resesi," kata Gentiloni.
Komentarnya menggemakan pernyataan yang dibuat awal pekan ini, di mana Gentiloni menekankan pentingnya memastikan pemulihan ekonomi tidak tergelincir oleh tindakan Kremlin dan mengatakan krisis Ukraina tidak boleh menyebabkan peningkatan perbedaan di blok tersebut.
Sementara itu, Uni Eropa diperkirakan sedang mempersiapkan sanksi ekonomi lebih lanjut terhadap Rusia, meskipun Gentiloni mengatakan bahwa setiap tindakan tambahan tidak akan memengaruhi sektor energi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News