New York: Harga minyak mentah dunia berhasil rebound pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat pagi WIB), setelah produsen minyak utama Arab Saudi menolak menambah pasokan.
Mengutip Antara, Jumat, 15 Oktober 2021, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember terangkat 82 sen menjadi USD84 per barel atau naik 1,0 persen.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November menguat 87 sen menjadi USD81,31 per barel, mencatat penutupan tertinggi tujuh tahun lainnya.
Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan lonjakan harga gas alam akan meningkatkan permintaan minyak sebagai sumber bahan bakar pembangkit listrik. Permintaan minyak pun akan meningkat setengah juta barel per hari (bph).
Dalam laporan bulanannya, IEA meningkatkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global pada 2022 sebesar 210 ribu barel per hari, dan sekarang memperkirakan total permintaan minyak pada 2022 mencapai 99,6 juta barel per hari.
"Pasar secara fundamental ketat," kata Mike Tran, direktur pelaksana strategi energi global di RBC Capital Markets.
Arab Saudi sebelumnya menolak seruan untuk meningkatkan produksi OPEC+, demi melindungi pasar minyak dari tingginya perubahan harga imbas berkurangnya paskan gas alam dan batu bara.
Pada pertemuannya bulan ini, OPEC+ tetap pada kesepakatan sebelumnya untuk meningkatkan produksi sebesar 400 ribu barel per hari per bulan.
Stok minyak mentah AS naik enam juta barel, lebih tinggi dari perkiraan untuk kenaikan 702 ribu barel yang diperkirakan para analis. Produksi naik tipis, mencapai 11,4 juta barel per hari.
“Kami mencapai 11,4 juta barel per hari dan itu masih jumlah yang sangat besar, tetapi kami memiliki ekonomi yang membutuhkan lebih dari itu dan Uni Eropa yang membutuhkan solar dan bensin seperti gila,” kata Tim Snyder, kepala ekonom di Matador Economics di Dallas.
Mengutip Antara, Jumat, 15 Oktober 2021, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember terangkat 82 sen menjadi USD84 per barel atau naik 1,0 persen.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November menguat 87 sen menjadi USD81,31 per barel, mencatat penutupan tertinggi tujuh tahun lainnya.
Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan lonjakan harga gas alam akan meningkatkan permintaan minyak sebagai sumber bahan bakar pembangkit listrik. Permintaan minyak pun akan meningkat setengah juta barel per hari (bph).
Dalam laporan bulanannya, IEA meningkatkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global pada 2022 sebesar 210 ribu barel per hari, dan sekarang memperkirakan total permintaan minyak pada 2022 mencapai 99,6 juta barel per hari.
"Pasar secara fundamental ketat," kata Mike Tran, direktur pelaksana strategi energi global di RBC Capital Markets.
Arab Saudi sebelumnya menolak seruan untuk meningkatkan produksi OPEC+, demi melindungi pasar minyak dari tingginya perubahan harga imbas berkurangnya paskan gas alam dan batu bara.
Pada pertemuannya bulan ini, OPEC+ tetap pada kesepakatan sebelumnya untuk meningkatkan produksi sebesar 400 ribu barel per hari per bulan.
Stok minyak mentah AS naik enam juta barel, lebih tinggi dari perkiraan untuk kenaikan 702 ribu barel yang diperkirakan para analis. Produksi naik tipis, mencapai 11,4 juta barel per hari.
“Kami mencapai 11,4 juta barel per hari dan itu masih jumlah yang sangat besar, tetapi kami memiliki ekonomi yang membutuhkan lebih dari itu dan Uni Eropa yang membutuhkan solar dan bensin seperti gila,” kata Tim Snyder, kepala ekonom di Matador Economics di Dallas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News