Ketika kenaikan harga bahan mentah telah mendorong inflasi grosir Jepang ke level tertinggi 13 tahun, inflasi konsumen tertahan di sekitar nol persen karena pengeluaran domestik yang lemah mencegah perusahaan untuk membebankan biaya yang lebih tinggi ke rumah tangga.
Inflasi yang lemah dan pemulihan Jepang yang masih rapuh akan memberi BoJ cukup alasan untuk mempertahankan target suku bunga jangka pendek di minus 0,1 persen. Selain itu mempertahankan imbal hasil obligasi 10-tahun sekitar nol persen pada pertemuan kebijakan dua hari yang berakhir Kamis waktu setempat.
Mengutip Channel News Asia, Rabu, 27 Oktober 2021, dalam proyeksi kuartalan baru, BoJ terlihat memangkas perkiraan pertumbuhan dan inflasi tahun ini, tetapi tetap berpegang pada perkiraan pemulihan moderat, sumber mengatakan.
"Secara global, bank sentral bergeser ke arah merespons inflasi yang meningkat dengan kenaikan suku bunga. Tetapi sulit untuk melihat BoJ menjadi hawkish. Sebagian karena inflasi dorongan biaya saja tidak akan menopang inflasi ke target dua persennya," kata Kepala Ekonom Jepang JPMorgan Securities Hiroshi Ugai.
Pasar fokus pada apakah Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda akan mengeluarkan peringatan terhadap pelemahan yen baru-baru ini, yang memberikan dorongan ekspor tetapi menaikkan biaya impor yang sudah tinggi untuk pengecer yang masih belum pulih dari rasa sakit pandemi.
"Harapan saya adalah bahwa Jepang secara bertahap akan melihat permintaan terpendam terwujud sekitar akhir tahun atau awal tahun depan," pungkas Anggota Dewan BoJ Asahi Noguchi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id