baca juga: Oleh-oleh dari Tiongkok, Jokowi Bawa Investasi Kaca Senilai USD11,6 Miliar |
Melansir Channel News Asia, Senin, 31 Juli 2023, indeks manajer pembelian resmi (PMI) berada di 49,3 dari 49,0 pada Juni, menurut data dari Biro Statistik Nasional, tetap di bawah angka 50 poin yang memisahkan ekspansi dari kontraksi. Hasilnya juga baru saja mengalahkan perkiraan 49,2.
Ekonomi terbesar kedua di dunia tumbuh dengan lambat pada kuartal kedua, karena permintaan tetap lemah di dalam dan luar negeri, menyebabkan Politbiro, badan pembuat keputusan tertinggi dari Partai Komunis yang berkuasa, menggambarkan pemulihan ekonomi sebagai jalan berliku.
Presiden Xi Jinping mengatakan Tiongkok akan mencapai target pembangunan tahunannya. Namun, analis memperingatkan negara itu dapat kehilangan target pertumbuhan 2023 yang sederhana sekitar lima persen untuk tahun kedua berturut-turut jika ekonomi kehilangan momentum lagi.
"Tiongkok akan menerapkan penyesuaian makro terhadap ekonomi dengan cara yang tepat dan kuat dan memperkuat penyesuaian counter-cyclical, karena pemerintah tetap berpegang pada kebijakan moneter yang hati-hati dan kebijakan fiskal proaktif," jelas Politbiro.
Banyak analis mengatakan pembuat kebijakan tidak mungkin memberikan stimulus agresif karena kekhawatiran tentang meningkatnya risiko utang. Mereka mengatakan tidak adanya pengumuman besar baru-baru ini dengan kurangnya urgensi dan perjuangan untuk menghasilkan ide kebijakan yang tepat.
PMI non-manufaktur resmi turun menjadi 51,5 dari 53,2 pada bulan Juni, sementara PMI komposit, yang mencakup aktivitas manufaktur dan nonmanufaktur, turun menjadi 51,1 dari 52,9.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News