"Dengan krisis Ukraina memicu kenaikan tajam dalam energi dan harga komoditas, inflasi konsumen akan jelas mempercepat karena perusahaan meneruskan biaya ke rumah tangga," kata Kepala Departemen Urusan Moneter Bank of Japan Seiichi Shimizu, dilansir dari Channel News Asia, Kamis, 10 Maret 2022.
"Tapi kami tidak mengharapkan Jepang menghadapi situasi seperti stagflasi, yang didefinisikan sebagai kombinasi dari kenaikan inflasi dan kontraksi dalam pertumbuhan ekonomi. Kami berharap ekonomi Jepang pulih karena pukulan terhadap konsumsi layanan dari pandemi virus korona mereda," tambahnya.
Pernyataan tersebut, yang muncul menjelang pertemuan kebijakan BoJ minggu depan, menunjukkan bank sentral akan tetap pada proyeksi pemulihan ekonomi yang moderat tetapi mengakui meningkatnya tekanan inflasi dari lonjakan harga energi baru-baru ini.
Berdasarkan penilaian yang dibuat pada Januari, BoJ saat ini memproyeksikan inflasi konsumen bakal bergerak cepat karena perusahaan secara bertahap meneruskan kenaikan biaya bahan baku ke rumah tangga.
Sementara kenaikan harga komoditas dan biji-bijian akan mendorong harga energi dan pangan dalam jangka pendek, lanjutnya, hal itu akan merugikan ekonomi dalam jangka panjang melalui penurunan pendapatan rumah tangga dan keuntungan perusahaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News