Mengutip Channel News Asia, Jumat, 24 Desember 2021, anggaran 107,6 triliun yen (USD941,55 miliar) untuk tahun fiskal 2022-2023, yang dimulai pada April, adalah rencana pengeluaran awal terbesar Jepang. Hal tersebut menggarisbawahi prioritas untuk menghidupkan kembali ekonomi yang dilanda pandemi covid-19 daripada memulihkan kesehatan fiskal jangka panjang.
Anggaran tahunan pertama di bawah Kishida datang setelah parlemen menyetujui 36 triliun pengeluaran stimulus tambahan untuk tahun fiskal ini untuk membantu pemulihan dari covid-19. Tetapi masih ada ruang terbatas untuk belanja di area pertumbuhan seperti transformasi hijau dan digital.
Kishida telah berjanji untuk meningkatkan keuangan publik Jepang dalam jangka panjang dan anggaran memperkirakan pinjaman baru tahun fiskal berikutnya sebesar 36,9 triliun, kurang dari 43,6 triliun yang awalnya direncanakan untuk tahun ini.
Pinjaman yang lebih rendah akan digantikan dengan pendapatan pajak yang lebih tinggi. Hal itu terlihat dari untuk pertama kalinya meningkat dalam dua tahun ke rekor 65,2 triliun yen karena pembatasan covid-19 pada kegiatan ekonomi dilonggarkan.
Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 3,2 persen pada tahun fiskal 2022-2023, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,2 persen yang menjadi dasar bagi rencana anggaran. Tetapi dengan utang yang masih mencakup 34,3 persen dari anggaran, akan tetap sulit untuk mencapai surplus anggaran primer pada tahun anggaran 2025/2026.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News