"Anda tahu, sangat jelas Tiongkok belum memenuhi komitmen mereka di Fase Pertama. Itu adalah sesuatu yang kami coba atasi," kata Bianchi, dalam forum virtual yang diselenggarakan oleh Asosiasi Perdagangan Internasional Washington, dilansir dari Channel News Asia, Rabu, 2 Februari 2022.
Dalam kesepakatan yang ditandatangani oleh mantan Presiden Donald Trump pada Januari 2020, Tiongkok berjanji untuk meningkatkan pembelian pertanian AS dan barang-barang manufaktur, energi dan jasa sebesar USD200 miliar di atas level 2017 selama 2020 dan 2021.
Hingga November, Tiongkok hanya memenuhi sekitar 60 persen dari tujuan itu, menurut data perdagangan yang dikumpulkan oleh rekan senior Peterson Institute for International Economics, Chad Bown.
Kesepakatan itu mencegah eskalasi perang dagang hampir tiga tahun antara dua ekonomi terbesar dunia, tetapi tetap memberlakukan tarif impor ratusan miliar dolar. Menteri Pertanian Tom Vilsack pada akhir Januari mengatakan kepada anggota parlemen pembelian barang-barang pertanian AS oleh Tiongkok tidak mencapai tujuan Fase Pertama sekitar USD13 miliar.
Biro Sensus AS diperkirakan merilis data perdagangan akhir 2021 untuk barang dan jasa pada 8 Februari, yang akan memberikan rincian kekurangan tersebut. Sedangkan data bea cukai Tiongkok menunjukkan surplus perdagangan 2021 negara itu dengan Amerika Serikat melonjak 25 persen menjadi USD396,6 miliar setelah menurun selama dua tahun berturut-turut.
Seorang juru bicara Kedutaan Besar Tiongkok di Washington mengatakan Beijing telah bekerja untuk mengimplementasikan perjanjian Fase Pertama terlepas dari dampak covid-19, resesi global, dan gangguan rantai pasokan.
"Kami berharap AS dapat menciptakan suasana dan kondisi yang baik untuk perdagangan yang diperluas dengan Tiongkok. Kedua tim perdagangan dalam komunikasi normal," pungkas juru bicara itu dalam sebuah pernyataan e-mail.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News