Keputusan itu dikeluarkan ketika Inggris tengah memerangi varian covid-19 baru dan di tengah bayang-bayang terjadinya Brexit tanpa kesepakatan jika pengaturan perdagangan baru tidak dapat disepakati dalam minggu depan oleh pihak Inggris dan Uni Eropa.
Menteri Skotlandia Nicola Sturgeon telah meminta Johnson untuk memperpanjang tenggat waktu karena komplikasi yang timbul dari varian baru covid-19, yang telah terdeteksi di seluruh Inggris, tidak termasuk di Irlandia Utara, dengan diperkirakan penularan jauh lebih cepat dibandingkan dengan covid-19 sebelumnya.
Penyebaran yang cepat dari varian covid-19 baru itu menyebabkan Pemerintah Inggris membatalkan rencana untuk mengizinkan keluarga di Inggris berkumppul selama Natal dan memaksa wilayah London dan tenggara Inggris yang luas ke dalam penguncian yang lebih ketat. Harapannya bisa memutus mata rantai penyebaran.
"Kami perlu meratifikasi perjanjian apapun sebelum 1 Januari, yang berarti waktu terbatas dan itu lah mengapa negosiator kami terus bekerja keras," kata juru bicara Perdana Inggris Boris Johnson, dilansir dari CNBC International, Rabu, 23 Desember 2020.
Perbedaan signifikan tetap ada antara negosiator Inggris dan UE mengenai sektor perikanan, dengan juru bicara pemerintah Prancis Gabriel Attal menegaskan bahwa Prancis akan mempertahankan garis merah yang mencakup hak untuk menangkap ikan di perairan Inggris.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Irlandia Simon Coveney mengatakan, masalah armada Uni Eropa yang menangkap ikan di perairan Inggris tetap menjadi masalah utama yang harus ditangani oleh kedua belah pihak.
"Tawaran Uni Eropa selama akhir pekan sangat murah hati, dan negara-negara seperti Prancis, Belanda, Denmark, Belgia, dan Irlandia sangat tidak mungkin untuk membuat tawaran lebih lanjut,” katanya.
Sementara itu, Citibank menegaskan kembali kemungkinan 80 persen bahwa kesepakatan perdagangan akan tercapai pada akhir tahun. Sedangkan Ekonom Credit Agricole Slavena Nazarova mengatakan kebangkitan pandemi dan transisi Brexit akan membebani pertumbuhan ekonomi Inggris pada 2021, terlepas dari apakah kesepakatan telah disetujui pada 1 Januari.
"Kami memperkirakan ekspor dan aktivitas akan rusak secara signifikan pada tiwulan pertama (2021) karena berlakunya hambatan baru untuk perdagangan antara Inggris dan UE pada akhir periode transisi, yang mengarah pada kontrol dan penundaan di perbatasan serta gangguan ke rantai pasokan," kata Nazarova.
“Itu kemungkinan akan semakin membebani bisnis dan kepercayaan konsumen. Kami memperkirakan pemulihan akan meningkat (paruh kedua di 2021), berkat kemajuan terkait vaksinasi dan hilangnya kejutan awal Brexit," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News