"Kita juga telah menyaksikan seberapa diperlukannya perlindungan sosial di masa pandemi covid-19," ungkap Suharso, saat upacara pembukaan G20 Development Ministerial Meeting, di Sheraton Belitung, Kamis, 8 September 2022.
Oleh karena itu, untuk memastikan resiliensi masyarakat dalam menghadapi guncangan dan krisis, Indonesia sebagai Presidensi G20, memfokuskan prioritas pada inisiatif perlindungan sosial adaptif.
"Hal ini sangat sesuai untuk memitigasi dan melakukan adaptasi yang lebih baik terhadap berbagai guncangan seperti pandemi, bencana alam, dan bencana akibat perubahan iklim," jelasnya.
Baca juga: Menko Airlangga: Suara Negara Berkembang di G20 Perlu Ditingkatkan! |
Berangkat dari kondisi tersebut, dunia harus menyediakan jaring pengaman bagi orang-orang paling rentan untuk guncangan di masa kini dan masa depan, yakni melalui penyediaan perlindungan sosial adaptif.
"Kita harus mentransformasi ekonomi kita menjadi lebih berkelanjutan, menuju ekonomi hijau dan ekonomi biru, guna mencapai pekerjaan dan penghidupan yang layak. Kita harus mendorong mobilisasi pembiayaan pembangunan yang lebih besar melalui mekanisme inovatif, dan menyalurkannya hingga ke daerah tertinggal dan terujung atau the last mile," paparnya.
Adapun dalam pembahasan G20 Development Ministerial Meeting hari ini akan membahas:
- Peta Jalan G20 untuk pemulihan dan ketahanan yang lebih kuat di negara berkembang, negara tertinggal, dan negara berkembang pulau kecil.
- Prinsip G20 untuk meningkatkan blended finance di negara berkembang.
- Pernyataan visi Menteri G20: Multilateralisme untuk Dekade Aksi SDGs.
- Hasil terbaru G20 Bali 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News