Bank pembangunan multilateral itu mengatakan harga energi akan mulai turun pada paruh kedua 2022 karena kendala pasokan berkurang, dengan harga non-energi seperti pertanian dan logam juga diperkirakan turun setelah kenaikan kuat pada 2021.
"Lonjakan harga energi menimbulkan risiko jangka pendek yang signifikan terhadap inflasi global dan, jika berkelanjutan, juga dapat membebani pertumbuhan di negara-negara pengimpor energi," kata Kepala Ekonom dan Direktur Grup Prospek Bank Dunia Ayhan Kose, dilansir dari Channel News Asia, Jumat, 22 Oktober 2021.
"Kebangkitan tajam dalam harga komoditas ternyata lebih menonjol daripada yang diproyeksikan sebelumnya. Volatilitas harga baru-baru ini dapat memperumit pilihan kebijakan karena negara-negara pulih dari resesi global tahun lalu," tambahnya.
IMF
Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan harga energi akan kembali ke tingkat yang lebih normal di awal tahun depan ketika permintaan pemanasan surut dan pasokan menyesuaikan. Tetapi memperingatkan ketidakpastian tetap tinggi dan guncangan permintaan kecil dapat memicu lonjakan harga baru.Bank Dunia mencatat bahwa beberapa harga komoditas naik ke atau melampaui level pada 2021 yang tidak terlihat sejak lonjakan satu dekade sebelumnya. Harga gas alam dan batu bara, misalnya, mencapai rekor tertinggi di tengah kendala pasokan dan permintaan listrik yang meningkat.
"Meskipun diperkirakan akan turun pada 2022 karena permintaan mereda dan pasokan membaik," pungkas Bank Dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News