Nada dovish yang ia sampaikan membuat pelaku pasar bereaksi cepat, termasuk di pasar kripto, meski harga Bitcoin (BTC) masih bergerak fluktuatif dalam 24 jam terakhir.
Data terbaru menunjukkan, BTC terkoreksi sekitar 1,70% dan kini mendominasi 59,3% dari total kapitalisasi pasar kripto global yang turun 2,70% menjadi US$3,79 triliun. Meski sempat jatuh ke area support di US$110.000, harga Bitcoin kembali pulih ke atas US$112.000 setelah pernyataan Powell memicu optimisme baru.
Powell Beri Sinyal Rate Cut dan Akhiri QT
Dalam pidatonya di pertemuan tahunan National Association for Business Economics (NABE), Selasa (15/10), Powell menegaskan bahwa prospek inflasi dan ketenagakerjaan “tidak banyak berubah” sejak pertemuan September lalu. Ia menyoroti meningkatnya risiko di pasar tenaga kerja yang kini menjadi perhatian utama The Fed.Pernyataan itu dipandang sebagai sinyal eksplisit bahwa pemangkasan suku bunga kemungkinan besar akan diputuskan dalam rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 29 Oktober mendatang.
Tak hanya itu, Powell juga memberi isyarat bahwa program Quantitative Tightening (QT) kebijakan pengetatan likuiditas dengan mengurangi neraca keuangan bank sentral akan segera mencapai akhir.
“Kita mungkin mendekati akhir dari fase kontraksi neraca dalam beberapa bulan ke depan,” kata Powell, membuka kemungkinan transisi menuju kebijakan yang lebih longgar atau Quantitative Easing (QE).
Nada dovish ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa kebijakan moneter AS akan segera beralih ke arah pelonggaran penuh, yang secara historis menjadi kabar baik bagi aset berisiko seperti saham dan kripto.
Dampak ke Pasar Kripto: Harapan dan Tekanan
Meski sinyal positif datang dari sisi kebijakan moneter, pasar kripto belum sepenuhnya lepas dari tekanan. Data 13 Oktober menunjukkan adanya arus keluar besar-besaran (outflow) dari ETFspot Bitcoin dan Ethereum, menandakan aksi ambil untung oleh investor institusional.
Dalam satu hari, Bitcoin ETF mencatat penarikan dana sebesar US$326,52 juta, sementara Ethereum ETF kehilangan US$428,52 juta. Total outflow mencapai lebih dari US$750 juta atau setara Rp12,3 triliun.
Fenomena ini memperlihatkan masih kuatnya sikap risk-off di kalangan investor besar, di tengah ketidakpastian menjelang keputusan FOMC dan terbatasnya data ekonomi resmi akibat penutupan pemerintahan AS.
Namun, sejumlah analis menilai, jika The Fed benar-benar memangkas suku bunga, tekanan jangka pendek ini bisa berubah menjadi momentum baru bagi Bitcoin. Likuiditas yang meningkat cenderung mendorong arus modal kembali ke aset berisiko, termasuk kripto.
“Pasar kripto sensitif terhadap arah kebijakan moneter. Sinyal pelonggaran dari The Fed bisa menjadi bahan bakar bagi reli berikutnya,” ujar seorang analis dari Ajaib Kripto dalam risetnya.
Dengan volatilitas yang tinggi dan ekspektasi pasar yang menguat terhadap rate cut, investor kini menanti konfirmasi resmi dari FOMC pada akhir bulan ini momen yang bisa menjadi titik balik baru bagi Bitcoin dan aset digital lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id