Ilustrasi. Foto: AFP.
Ilustrasi. Foto: AFP.

Data Inflasi AS Jadi Penentu Gairah Pasar Keuangan Global

Fetry Wuryasti • 13 Desember 2022 13:16
Jakarta: Data inflasi Amerika Serikat (AS) akan menjadi sebuah momentum, antara kebangkitan atau justru menjadi sebuah penurunan pasar secara global pekan ini. Setelah data inflasi AS keluar, akan ada beberapa rangkaian pertemuan bank sentral pekan ini.
 
"Pada pertemuan Bank Sentral AS The Fed, probabilitas kenaikan tingkat suku bunga sudah ada di atas meja. Angka 50 bps, menjadi salah satu kenaikan tingkat suku bunga dengan tingkat probabilitas yang paling besar, setidaknya untuk saat ini karena inflasi Amerika diproyeksikan turun," kata Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Selasa, 13 Desember 2022.
 
Namun tidak menutup kemungkinan tingkat suku bunga mampu naik 75 bps, meski dengan tingkat probabilitas yang lebih kecil. Apabila The Fed menaikkan tingkat suku bunga ke kisaran 4,0 persen sampai 4,5 persen, ini akan menjadi tingkat suku The Fed tertinggi sejak tahun 2007, dan memberi indikasi akan lebih banyak kenaikan di awal 2023.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Setelah The Fed, rangkaian tur akan berlanjut kepada pertemuan Bank Sentral Eropa dan Inggris. Terlihat probabilitas kenaikan tingkat suku bunga sebesar 50 bps. Saat ini sudah ada hampir lebih dari 100 bank sentral yang sudah menaikkan tingkat suku bunga, dan lebih dari 50 bank sentral menaikkan tingkat suku bunga sebanyak 75 bps dalam satu kali pertemuan.
 
"Saat ini banyak yang memprediksi, termasuk kami, inflasi sudah melewati tahap puncak, dan sekarang sedang dalam proses menurun," jelas dia.
 
Sejauh ini, apabila inflasi tetap turun secara perlahan, dan tidak ada gejolak apapun, hal itu sudah lebih dari cukup untuk memberikan keyakinan dan harapan kepada pasar bahwa kenaikan tingkat suku bunga akan segera usai dan memasuki fase stabil terlebih dahulu sebelum berlanjut kepada penurunan tingkat suku bunga.
 
Jauh dari itu semua, kemungkinan terburuknya tetap berada pada inflasi yang tidak bergerak turun, sehingga menciptakan resesi yang akan membuat situasi dan kondisi ekonomi memburuk dengan lebih cepat. Hal ini juga mendorong menciptakan stagflasi bagi bank sentral.
 
Di sisi lain, ada harapan untuk inflasi bergerak turun, tingkat suku bunga masih akan mengalami kenaikan namun akan jauh lebih terbatas.
 
Tingkat suku bunga akan memasuki fase stabilisasi, sebelum pada akhirnya mengalami penurunan untuk mendorong pertumbuhan. Bank Sentral Eropa diperkirakan akan menaikkan tingkat suku bunga sebatas 50 bps, karena mereka khawatir dengan stabilitas obligasi dari Italia yang dapat mempengaruhi sentimen yang ada saat ini.
 
Baca juga: IHSG Berpeluang Menguat Dipicu Ekspektasi Melambatnya Bunga Fed

 
Inflasi juga diyakini bergerak turun ikut memberikan keyakinan bahwa semua akan berangsur angsur turun meski secara perlahan dan terbatas. Dengan jarak antara tingkat suku bunga dengan inflasi begitu jauh, atau bisa dikatakan ada jarak empat kali  lipatnya, bukan berarti tingkat suku bunga Bank Sentral Eropa tidak mampu bergerak lebih tinggi.
 
Pada pertemuan Bank Sentral Eropa selain tingkat suku bunga, pasar juga menanti ada proyeksi ekonomi triwulanan terbaru, yang akan memberikan pandangan baru terkait dengan pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya proyeksi inflasi pada 2023.
 
Pada Inggris, Bank sentral Inggris memiliki pandangan yang sama, untuk menaikkan tingkat suku bunga sebanyak 50 bps, menjadi 3,5 persen. Apabila naik, maka tingkat suku bunga Bank Sentral Inggris akan menjadi yang tertinggi sejak 2008 silam.
 
Inflasi Inggris diharapkan turun dari sebelumnya 11,1 persen menjadi 10,7 persen hingga 10,9 persen. Ini merupakan sesuatu yang positif bagi pasar. Gubernur Bank Sentral Inggris Andrew Bailey menegaskan akan bertindak tegas untuk mencegah potensi spiral upah.
 
Prospek ekonomi yang jauh lebih suram, akan membuat situasi dan kondisi terkait dengan keputusan akan jauh lebih sulit. Resesi diperkirakan akan berlangsung hingga tahun 2024 mendatang, dan rumah tangga juga sedang berada di dalam tekanan akan biaya hidup yang tengah terjadi saat ini.
 
Bank Sentral Swiss dan Norwegia juga akan melakukan pertemuan pekan ini. Bank Sentral Swiss juga akan mendorong kenaikan tingkat suku bunga sebanyak 50 bps, karena inflasi masih tinggi meskipun relatif stabil.
 
Berbeda dengan Bank Sentral Swiss, Bank Sentral Norwegia akan menaikkan tingkat suku bunga hanya sebesar 25 bps, karena data inflasi bergerak melambat. Tingkat suku bunga Bank Sentral Norwegia terlihat melambat. Sehingga ada spekulasi bahwa pola kenaikkan ada kemungkinan akan segera usai.
 
Beberapa bank sentral lain juga mungkin akan bergerak kurang lebih sama seperti yang dilakukan oleh The Fed dan Bank Sentral Eropa, yang akan bergerak dengan kisaran 25 bps-50 bps. "Pelaku pasar dan investor hari ini selain mengamati data inflasi AS, data ekonomi Tiongkok yang akan keluar hari ini," kata Nico.
 
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*

 
(HUS)



LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif