Kuroda menambahkan inflasi tetap tenang di Jepang karena penundaan pemulihan ekonomi dari pandemi virus korona, dan pola pikir deflasi publik yang lengket di mana rumah tangga dan perusahaan bertindak dengan asumsi bahwa harga tidak akan naik banyak.
"Di Jepang, upah nominal belum banyak naik. Sulit untuk melihat inflasi secara berkelanjutan mencapai target dua persen kami kecuali upah naik seiring dengan harga," kata Kuroda, kepada parlemen, dilansir dari The Business Times, Sabtu, 5 Februari 2022.
"Sangat penting untuk mempertahankan pelonggaran moneter yang kuat untuk mendukung ekonomi, dan membantu menghasilkan upah dan pertumbuhan harga yang stabil," tambahnya.
Meningkatnya risiko inflasi telah mendorong bank sentral di seluruh dunia, termasuk Federal Reserve AS dan Bank of England, untuk menarik langkah-langkah stimulus mode krisis dan menaikkan suku bunga.
Risiko inflasi
Bank sentral Eropa, yang dianggap sebagai salah satu pihak yang lamban dalam menarik kembali stimulus, juga mengakui risiko inflasi dan membuka kemungkinan kenaikan suku bunga tahun ini. BoJ telah berulang kali mengatakan tidak terburu-buru untuk mengikuti jejak bank sentral lainnya, menunjuk pada inflasi rendah dan pertumbuhan upah di negara itu.Harga konsumen inti Jepang naik 0,5 persen pada Desember dari tahun sebelumnya, level tertinggi dalam hampir dua tahun, tetapi masih jauh di bawah target dua persen dari BoJ. Kondisi itu mengartikan bank sentral Jepang harus berupaya lebih keras mendorong kenaikan inflasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News