Mengutip Antara, Rabu, 13 Oktober 2021, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember menyusut 23 sen menjadi USD83,42 per barel setelah diperdagangkan dari tertinggi USD84,23 hingga terendah USD82,72.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November berakhir 12 sen lebih tinggi menjadi USD80,64 per barel setelah bergerak berkisar antara USD81,62 dan USD79,47. Sehari sebelumnya, WTI menyentuh level tertinggi sejak akhir 2014 di USD82,18.
Brent telah naik selama lima minggu berturut-turut, sementara WTI mencatat kenaikan tujuh minggu berturut-turut. Kedua kontrak ini meningkat lebih dari 15 persen sejak awal September.
Analis Price Futures Group Phil Flynn menyebut otoritas Beijing hingga Delhi bergegas mengisi kesenjangan pasokan listrik sehingga mengguncang pasar saham dan obligasi global.
Harga listrik tercatat melonjak ke rekor tertinggi dalam beberapa pekan terakhir, didorong oleh kekurangan pasokan di Asia dan Eropa. Krisis energi di Tiongkok diperkirakan akan berlangsung hingga akhir tahun, dan tentunya menghambat pertumbuhan ekonomi negara terbesar kedua di dunia dan eksportir utama tersebut.
Di London dan Inggris tenggara, sepersepuluh stasiun bahan bakar minyak (SPBU) masih kosong karena masyarakat melakukan panic buying.
Gangguan rantai pasokan yang terus-menerus dan tekanan inflasi akan menghambat pemulihan ekonomi global dari pandemi. Hal ini membuat Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas prospek pertumbuhan ekonomi dunia dan ekonomi AS.
Bahkan, ketika permintaan meningkat, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan produsen sekutu, OPEC+, tetap berpegang pada rencana untuk memulihkan produksi secara bertahap.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News