Ilustrasi. FOTO: AFP
Ilustrasi. FOTO: AFP

Kenaikan Suku Bunga AS Jadi Pemicu Harga Minyak Dunia Turun

Angga Bratadharma • 27 Juli 2023 09:04
New York: Harga minyak turun sekitar satu persen pada Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB). Pelemahan terjadi setelah data menunjukkan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) turun kurang dari yang diperkirakan dan Federal Reserve menaikkan suku bunga seperempat poin persentase.
 
Mengutip The Business Times, Kamis, 27 Juli 2023, minyak mentah Brent berjangka ditutup turun 72 sen AS, atau 0,9 persen, menjadi USD82,92 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menetap di USD78,78, turun 85 sen AS, atau 1,1 persen.
 
Kedua tolok ukur turun lebih dari USD1 di awal sesi, setelah mencapai level tertinggi tiga bulan pada Selasa waktu setempat. Kenaikan suku bunga, yang ke-11 dari Fed dalam 12 pertemuan terakhirnya, menetapkan suku bunga acuan semalam di kisaran 5,25-5,50 persen, dan pernyataan kebijakan yang menyertainya membiarkan pintu terbuka untuk kenaikan lainnya.

Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman untuk bisnis dan konsumen, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.
Baca: Isu Perombakan Direksi Pertamina, Nicke Widyawati: Kewenangan Pemegang Saham

Sementara itu, persediaan minyak mentah AS turun 600 ribu barel pekan lalu, menurut Administrasi Informasi Energi (EIA), dibandingkan dengan perkiraan penarikan 2,35 juta barel. Angka-angka kelompok industri American Petroleum Institute telah mengindikasikan peningkatan 1,32 juta barel.
 
Stok bensin dan solar juga turun kurang dari yang diharapkan, menurut data EIA. "Drawdown tidak terlalu spektakuler. Itu adalah laporan netral hingga bearish, ditambah kenaikan suku bunga Federal Reserve dapat menekan permintaan dan harga," kata Pdi Again Capital New York John Kilduff.
 
Harga minyak telah naik selama empat minggu, didukung oleh tanda-tanda pengetatan pasokan, sebagian besar terkait dengan pengurangan produksi oleh Arab Saudi dan Rusia, serta janji otoritas Tiongkok untuk menopang ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
 
Meskipun pasar mengharapkan Arab Saudi untuk melanjutkan pengurangan produksi Agustus ke September, sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Rusia diperkirakan secara signifikan meningkatkan pemuatan minyak pada September, mengakhiri pemotongan ekspor yang tajam.
 
Sementara itu, kekhawatiran tinggi mengenai apakah Tiongkok, juga konsumen minyak terbesar kedua dunia, akan memenuhi janji kebijakannya. "Kita masih harus menunggu kebijakan yang sebenarnya -risikonya kebijakan ini tidak sesuai harapan," pungkas Kepala Strategi Komoditas ING Warren Patterson.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan