"Kedua, dampak luka memar yang berpengaruh terhadap pemulihan ekonomi, antara lain terhadap pemulihan di sektor dunia usaha dan upaya transformasi di sektor riil untuk mendorong daya saing dan produktivitas, serta transisi ke ekonomi hijau dan keuangan yang berkelanjutan," ujar Perry dalam Leader's Insight pada Kuliah Umum BI yang dikutip Selasa, 22 Maret 2022
Ketiga, lanjutnya, ketegangan geopolitik antara Rusia dengan Ukraina yang berdampak pada pemulihan ekonomi global berupa kenaikan harga-harga komoditas global, baik energi dan pangan yang berdampak pada inflasi sejumlah negara.
"Dampak lainnya adalah gangguan dalam mata rantai perdagangan global yang memengaruhi distribusi dan volume perdagangan serta pertumbuhan pada ekonomi global, serta pada jalur keuangan yang terjadi pembalikan arus modal ke aset yang dianggap aman (safe haven asset), sehingga dapat berdampak pada stabilitas eksternal dan nilai tukar," tuturnya.
Perry menekankan pentingnya agenda prioritas finance track Presidensi G20 yang dapat berperan dalam upaya mengatasi fenomena tersebut. Lebih lanjut, ia meyakinkan ekonomi Indonesia akan lebih baik dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan sebesar 4,7 persen sampai 5,5 persen pada 2022.
"Hal ini didukung oleh peningkatan ekspor dan konsumsi rumah tangga. Animo positif juga datang dari investasi serta stimulus dari pemerintah dan Bank Indonesia," urai Perry.
Sementara itu, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menyampaikan empat solusi yang dapat meredam scarring effect yakni mengatasi masalah realokasi tenaga kerja, realokasi modal, meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan serta kesiapsiagaan dan pencegahan pandemi, serta memanfaatkan teknologi untuk memperluas literasi digital dan mengatasi hambatan investasi.
"Terkait agenda sistem pembayaran, G20 telah mendorong koneksi sistem pembayaran antarnegara yang lebih efisien serta menyoroti perkembangan berbagai aset dan uang digital baik dari sisi potensi manfaat maupun risikonya," jelas Dody.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News