Foto: AFP.
Foto: AFP.

Harga Minyak di Asia Kembali Tembus Level Tertinggi

Antara • 15 Februari 2021 15:17
Tokyo: Harga minyak mentah di perdagangan Asia hari ini naik ke level tertinggi dalam lebih dari setahun. Kenaikan ini terjadi setelah koalisi pimpinan Saudi yang bertempur di Yaman mengatakan pihaknya mencegat pesawat tak berawak bermuatan bahan peledak yang ditembakkan oleh kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran.
 
Hal ini meningkatkan kekhawatiran terbaru ketegangan di Timur Tengah. Harapan untuk lebih banyak stimulus Amerika Serikat (AS) dan pelonggaran karantina virus korona membantu mendukung reli harga minyak, setelah sebelumnya sempat naik sekitar 5,0 persen pada minggu lalu.
 
Melansir Antara, Senin, 15 Februari 2021, harga minyak mentah berjangka Brent naik 66 sen atau 1,1 persen menjadi USD63,09 per barel, setelah naik ke sesi tertinggi USD63,44. Angka ini menjadi yang tertinggi sejak 22 Januari 2020.

Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS bertambah 86 sen atau 1,5 persen menjadi USD60,33 per barel. WTI menyentuh level tertinggi sejak 8 Januari tahun lalu di USD60,77 pada awal sesi perdagangan.
 
Pertempuran koalisi pimpinan Saudi di Yaman pada Minggu malam, 14 Februari 2021 mengatakan pihaknya mencegat dan menghancurkan pesawat tak berawak (drone) bermuatan bahan peledak yang ditembakkan oleh kelompok Houthi yang didukung Iran menuju kerajaan.
 
"Lonjakan awal di pasar minyak dipicu oleh berita tersebut. Tapi reli juga didorong oleh meningkatnya harapan bahwa stimulus AS dan pelonggaran lockdown akan meningkatkan ekonomi dan permintaan bahan bakar," jelas Kepala Analis di broker komoditas Fujitomi Co Kazuhiko Saito.
 
WTI dapat ditarik kembali oleh aksi ambil untung karena mencapai level kunci USD60. Presiden AS Joe Biden mendorong pencapaian legislatif besar pertama dari masa jabatannya pada Jumat, 12 Februari 2021, beralih ke kelompok bipartisan pejabat lokal untuk membantu rencana bantuan virus korona senilai USD1,9 triliun.
 
Harga minyak telah menguat selama beberapa pekan terakhir juga karena pasokan semakin ketat, sebagian besar disebabkan oleh pengurangan produksi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen sekutu dalam kelompok OPEC+.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan