Demonstran membawa boneka yang merepresentasikan Plt Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe di Kolombo, 19 Juli 2022. FOTO: Arun SANKAR/AFP
Demonstran membawa boneka yang merepresentasikan Plt Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe di Kolombo, 19 Juli 2022. FOTO: Arun SANKAR/AFP

Wow! Inflasi di Sri Lanka Bakal Tembus 70%

Angga Bratadharma • 27 Juli 2022 13:03
Kolombo: Gubernur Bank Sentral Sri Lanka Nandalal Weerasinghe memperkirakan tingkat inflasi di Sri Lanka akan mencapai puncaknya sekitar 70 persen selama dua bulan ke depan, sebelum mulai moderat pada September tahun ini. Sejauh ini, krisis yang terjadi masih belum mereda, dan pemerintah terus berupaya mencari solusi signifikan.
 
Indeks Harga Konsumen (IHK) nasional naik 45,3 persen tahun ke tahun di Mei, lonjakan tajam dibandingkan dengan 33,8 persen di April, menurut data pemerintah. Inflasi makanan juga melonjak 58 persen secara tahun ke tahun di Mei dibandingkan dengan 45,1 persen di April.
 
"Mempertahankan perhitungannya telah memperhitungkan penyesuaian terhadap harga energi yang lebih tinggi," kata Nandalal Weerasinghe, dilansir dari CNBC International, Rabu, 27 Juli 2022,

Adapun Sri Lanka sekarang ini sudah memenuhi syarat untuk mendapat Fasilitas Dana yang Diperpanjang atau Extended Fund Facility (EFF) dari Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar USD3 miliar selama tiga tahun. EFF didirikan untuk membantu negara-negara dengan ketidakseimbangan pembayaran yang serius.
Baca: Tiongkok Sepakat Beli 1 Juta Produk Pertanian RI

Sri Lanka berada dalam pergolakan krisis ekonomi yang terburuk sejak kemerdekaan pada 1948. Setelah gagal membayar utang luar negerinya, negara itu sekarang menghadapi kekurangan bahan bakar dan kerusuhan sosial, ketika pengunjuk rasa yang marah menyerbu Istana Presiden pada pekan lalu.
 
"Begitu IMF mulai mengeluarkan uang di bawah apa yang akan menjadi program IMF ke-17 Sri Lanka, lembaga lain seperti Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia akan menambah dana ini dengan tambahan USD4 miliar," kata Nandalal Weerasinghe.
 
Dia mengatakan krisis ekonomi saat ini adalah kesempatan bagi otoritas Sri Lanka untuk belajar dari kesalahan masa lalu dan tidak membalikkan reformasi begitu program IMF berakhir. "Setelah (program) selesai, kami telah melihat pihak berwenang mundur dan membalikkan kebijakan yang baik," pungkasnya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan