ADB memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang Asia akan mencapai 4,8 persen dibanding periode yang sama tahun lalu atau secara year on year (yoy) pada 2023 dan 2024
"Kebijakan moneter kemungkinan akan tetap ketat di negara maju, khususnya Amerika Serikat (AS) dan kawasan Euro yang akan mempengaruhi pertumbuhan negara-negara kawasan tersebut serta memiliki beberapa dampak limpahan ke Asia," ujar Arief dalam virtual webinar Asian Development Outlook April 2023 yang dipantau secara daring, Selasa, 4 April 2023.
Namun, kata dia, dibukanya kembali perekonomian Tiongkok telah menghidupkan kembali aktivitas bisnis. Pembukaan kembali Negeri Panda tersebut dapat menghasilkan pemulihan konsumsi dalam negeri lebih kuat dari perkiraan, yang akan tetap memberikan dampak limpahan regional yang positif setidaknya melalui perdagangan dan pariwisata.
Arief menjelaskan, inflasi di negara maju akan mendorong bank sentral untuk lebih jauh mengambil sikap kebijakan yang lebih hawkish dan episode kondisi pengetatan likuiditas pun akan lebih lama terjadi di ekonomi global.
Sebagai implikasi dari tingkat suku bunga yang lebih tinggi, maka mengekspos kemampuan lebih lanjut dari tingkat utang yang tinggi. Stabilitas keuangan pun bisa mendapatkan risiko yang berasal dari berbagai sektor.
Invasi Rusia ke Ukraina perparah krisis pangan dan energi
Selain pengetatan kebijakan di negara maju, dia menambahkan, invasi Rusia ke Ukraina juga menjadi tantangan lainnya yang dapat semakin meningkatkan dan memperbaharui tantangan energi dan ketahanan pangan yang tinggi, serta mengobarkan kembali tekanan inflasi.
"Harga energi, minyak, dan gas akan tetap tinggi karena sanksi Uni Eropa terhadap Rusia semakin diperketat pada Desember 2022 dan Januari 2023," tuturnya.
Ia melanjutkan, tantangan global lain juga menghantui prospek pertumbuhan ekonomi negara berkembang Asia, termasuk pematahan produksi global yang dapat mempengaruhi perdagangan, lapangan kerja, dan produktivitas.
Kemudian, akan ada pula beberapa tantangan yang muncul dari situasi cuaca ekstrem yang sering terjadi di dunia serta proses transisi ke kondisi nol bersih.
Baca juga: Ekonomi Indonesia Tetap Tangguh Kok, Ini Buktinya! |
Ekonomi Indonesia tetap tangguh
Meskipun demikian, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (BI) Firman Mochtar justru optimistis pertumbuhan ekonomi dalam negeri akan tetap tangguh di 2023. Ini melanjutkan fantastisnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022.
"Indonesia tumbuh pada 2022, bahkan pada paruh kedua 2022 pertumbuhan Indonesia lebih tinggi daripada paruh awal 2022 yang berbeda dengan negara lain," jelas dia.
Walaupun ada banyak tantangan seperti konflik Rusia dan Ukraina yang masih berlanjut, tingginya harga komoditas, dan volatilitas di keuangan global, namun ekonomi Indonesia masih tumbuh lebih tinggi dari negara-negara lain.
"Kami setuju sebagian besar itu dipicu oleh surplus pada keseimbangan dagang yang menciptakan prospek yang lebih baik dan kinerja yang lebih baik bagi Indonesia," tuturnya.
Pertumbuhan yang tetap solid tersebut didukung oleh stabilitas di berbagai bidang. Dimulai dari nilai tukar rupiah yang tetap terjaga sejalan dengan langkah stabilisasi Bank Indonesia, inflasi yang terkendali, pertumbuhan kredit yang meningkat, dan sistem keuangan yang tetap sehat.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat tahun ini juga didorong oleh peningkatan permintaan domestik dan ekspor. Konsumsi rumah tangga diperkirakan makin kuat sejalan dengan peningkatan mobilitas di seluruh wilayah, penjualan eceran, dan membaiknya keyakinan konsumen.
Prospek permintaan domestik yang meningkat juga dipengaruhi dampak lanjutan perbaikan ekspor. Ekspor barang dan jasa diprakirakan lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya seiring perbaikan prospek ekonomi global.
Perkembangan hingga Februari 2023 menunjukkan ekspor nonmigas Indonesia tumbuh tinggi, termasuk dari peningkatan ekspor batu bara, bijih logam, dan CPO ke Tiongkok.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News