Dikutip dari Xinhua, Kamis, 30 November 2023, pertumbuhan ekonomi AS tersebut terutama mencerminkan revisi ke atas pada investasi tetap nonperumahan serta belanja pemerintah negara bagian dan lokal yang sebagian diimbangi oleh revisi ke bawah pada belanja konsumen. Impor, yang merupakan pengurang perhitungan PDB, mengalami penurunan.
Peningkatan PDB riil pada kuartal ketiga mencerminkan peningkatan belanja konsumen, investasi inventaris swasta, ekspor, belanja pemerintah negara bagian dan lokal, belanja pemerintah federal, investasi tetap perumahan, dan investasi tetap non-perumahan.
Data terbaru menandai percepatan dibandingkan kuartal kedua, ketika PDB riil pada periode tersebut hanya tumbuh sebesar 2,1 persen (yoy). Ke depan, pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam tersebut diprediksi bisa melambat.
Baca juga: OECD: Asia Penyumbang Pertumbuhan Ekonomi Global Tahun Depan |
Pertumbuhan pendapatan masih tertinggal
Jay Bryson dan Shannon Grein, ekonom di Wells Fargo Securities dalam sebuah analisis mengungkapkan, laba yang meningkat dapat mendukung pertumbuhan ekonomi, namun sejauh kita melihat tekanan baru pada margin di kuartal mendatang, jumlah karyawan dan pertumbuhan yang lebih luas mungkin berisiko melambat.
"Risiko resesi meningkat, namun penurunan masih jauh dari hasil yang pasti, terutama dalam kondisi pertumbuhan laba yang kembali pulih," kata mereka.
Para ekonom mencatat meskipun pertumbuhan PDB riil lebih tinggi, pertumbuhan pendapatan riil masih tertinggal. Pendapatan domestik bruto (GDI) riil hanya tumbuh 1,5 persen pada kuartal ketiga secara berurutan. Secara tahunan, PDB riil naik 3,0 persen sementara GDI riil turun 0,2 persen.
Menurut World Economic Outlook yang dirilis Dana Moneter Internasional (IMF), pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan sebesar 2,1 persen pada sepanjang 2023 dan 1,5 persen di tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News