Ilustrasi. Foto: AFP.
Ilustrasi. Foto: AFP.

Habis Ngasih 'Diskon', Harga Minyak Dunia Naik Lagi

Husen Miftahudin • 16 Mei 2024 08:08
Houston: Harga minyak naik hampir satu persen pada perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis WIB), dari level terendah dua bulan di sesi sebelumnya karena pasar menyeimbangkan data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang bullish dan penyimpanan minyak mentah terhadap perkiraan Badan Energi Internasional (IEA) mengenai melemahnya pertumbuhan permintaan minyak global.
 
Dikutip dari Yahoo Finance, Kamis, 16 Mei 2024, Brent berjangka naik 37 sen atau 0,5 persen menjadi USD82,75 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 61 sen atau 0,8 persen menjadi berakhir pada USD78,63.
 
Hal ini memangkas premi Brent dibandingkan WTI ke level terendah sejak 28 Maret. Premi yang lebih sempit membuat kurang menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan energi untuk mengirim kapal ke AS untuk mengambil kargo minyak mentah untuk diekspor.
 
Di awal sesi, laporan IEA yang bearish membantu mendorong kedua acuan tersebut ke wilayah oversold secara teknis dengan harga berada pada level terendah sejak Februari. Pada Selasa, kedua benchmark ditutup pada level terendah sejak 12 Maret.
 
Harga berbalik arah setelah data AS menunjukkan penarikan minyak mentah lebih besar dari perkiraan dan inflasi yang rendah sehingga memicu ekspektasi penurunan suku bunga pada akhir tahun ini.
 
Persediaan minyak mentah AS pekan lalu turun 2,5 juta barel, menurut Badan Informasi Energi (EIA), jauh lebih besar dari perkiraan penurunan 500 ribu barel dalam jajak pendapat Reuters.
 
"Penurunan minyak mentah sebagian besar berasal dari peningkatan tingkat pemanfaatan kilang. Para pengilangan akhirnya serius mengenai hal itu, akhirnya meningkatkannya sedikit," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.
 
Baca juga: Harga Minyak Dunia Ngasih 'Diskon' Lebih dari 1%
 

Inflasi AS melandai

 
Adapun, harga konsumen AS meningkat kurang dari perkiraan pada April, menunjukkan inflasi kembali melanjutkan tren penurunannya pada awal kuartal kedua yang mendorong ekspektasi pasar keuangan Federal Reserve (Fed) AS akan menurunkan suku bunga pada September.
 
Suku bunga yang lebih rendah akan mengurangi biaya pinjaman bagi dunia usaha dan konsumen serta dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.
 
Ketika The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga pada akhir tahun ini, dolar AS jatuh ke level terendah dalam lima minggu terhadap sejumlah mata uang lainnya.
 
Pelemahan dolar dapat meningkatkan permintaan karena komoditas dalam mata uang greenback menjadi lebih murah untuk dibeli dalam mata uang lain.
 
IEA memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak pada tahun ini, sehingga memperlebar kesenjangan dengan kelompok produsen OPEC dalam hal ekspektasi terhadap prospek permintaan global tahun ini.
 
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya seperti Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, kemungkinan akan mengadakan pertemuan kebijakan minyak pada 1 Juni secara online, bukan di Wina seperti yang dijadwalkan saat ini.
 
Sementara itu di Kanada, angin yang menguntungkan diperkirakan akan mendorong kebakaran besar menjauh dari kota Fort McMurray yang kaya akan minyak, kurang dari sehari setelah 6.000 orang diperintahkan untuk pergi.
 
Fort McMurray adalah pusat produksi pasir minyak Kanada. Kebakaran hutan besar-besaran pada 2016 memaksa 90 ribu penduduk dievakuasi dan mengakibatkan produksi lebih dari satu juta barel per hari terhenti.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan