Melansir Xinhua, Sabtu, 2 Januari 2021, Solih mengatakan proyek pembangunan baru, termasuk desentralisasi pelayanan esensial, menjadi agenda utama pemerintah di tahun baru.
"Pemerintah akan mengurangi ketergantungan negara kepulauan itu pada sektor pariwisata yang terpuruk, dengan mengembangkan sektor pertanian dan perikanan," katanya.
Selain itu, tambah Solih, pemerintah juga akan memprioritaskan untuk melindungi lingkungan dan kelompok masyarakat yang rentan terkena dampak pandemi covid-19. Solih juga mengimbau warga untuk bekerja secara harmonis menuju kemakmuran kolektif bangsa.
Sebelumnya Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global di 2021 mengalami kontraksi 4,2 persen.
Ada penurunan yang sangat besar diramalkan terjadi di kawasan Eropa, seperti di Inggris, dengan perkiraan untuk yang terakhir dipangkas menjadi 4,2 persen dari 7,6 persen. Proyeksi ekonomi Amerika Serikat bakal turun menjadi 3,2 persen dari empat persen.
"Jika kesehatan masyarakat atau kebijakan fiskal goyah, maka kita akan melihat hilangnya kepercayaan dan pandangan yang jauh lebih menyedihkan," kata Kepala Ekonom OECD Laurence Boone, dikutip dari Mediaindonesia.com, Rabu, 2 Desember 2020 lalu.
Ke depan, OECD memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia akan rata-rata empat persen selama dua tahun ke depan. Mereka mengharapkan pertumbuhan PDB riil mencapai 4,2 persen pada 2021, dipangkas dari perkiraan September sebesar lima persen dan 3,7 persen pada 2022.
Eropa dan Amerika Utara akan memberikan kontribusi pertumbuhan yang lebih sedikit di 2021, sementara Tiongkok akan menyumbang lebih dari sepertiga global.
OECD memantau dan memberi saran kepada 37 negara anggotanya tentang kebijakan ekonomi, menyatakan optimisme yang hati-hati tentang ekonomi dunia yang mendapatkan momentum hingga 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News